Pages

24 Juli 2010

Sungai di Belantara Jakarta

Judul apa, itu? Belantara? Jakarta? Sungai?
Ya. Sungai di belantara Jakarta. Setiap hari saya lalui sungai-sungai di belantara Jakarta. Sungai kecil, besar, sampai yang amat besar. Sungai yang tenang, sampai sungai yang berarus maha dahsyat. Ikan yang ada pun beraneka ragam. Ukuran kecil sampai besar. Ikan jinak sampe buas-sebuasnya.


Saya sering mengibaratkan jalan-jalan di Jakarta ini seperti sungai. Jalan raya dengan lalu lintas padat, mirip-mirip sungai penuh lumpur. Penuh sesak oleh makhluk di dalamnya yang merasa tidak nyaman dengan habitatnya. Jalan-jalan kecil dan gang layaknya anak-anak sungai kecil berhiaskan batu-batu sebagai rintangan (gang sempit maksudnya, hehe). Pun ada juga jalan raya besar dengan arus amat lancarrrr aka semua mobil ngebut! Kalau ini seperti sungai besar dengan arus yang deras.

Dan saya, mengibaratkan diri sebagai bayi ikan kecil yang tertatih-tatih. Kenapa? Karena di sepanjang arus tersebut, saya selalu berada di bahu jalan, sambil berharap bisa menyamakan kecepatan dengan ikan-ikan kecil dewasa lainnya. Di sungai-sungai ini saya -si bayi ikan kecil- terkadang merasa terancam :p dengan ikan-ikan besar di dahsyatnya arus sungai Jakarta.

Tidak selamanya sang bayi tertatih-tatih. Bayi itu pembelajar cepat! Bahkan di bawah tekanan ikan-ikan besar di arus yang sangat deras. Ya. Di bawah tekanan itulah ia belajar. Dari ikan-ikan besar dan kecil.

Cukup sudah pengandaiannya.

Sekarang ini sepeda motor sudah jadi bagian hidup sehari-hari. Beberapa alasan penggunaannya antara lain menghemat biaya transportasi (perorangan), memangkas waktu perjalanan ke tempat tujuan, dan tidak membutuhkan space besar dalam penyimpanan (gak seperti mobil yang butuh garasi, motor bisa diletakkan di kamar).

Sebenarnya, kalo ditilik dari sisi ekonomis perorangan, menggunakan sepeda motor jauh lebih hemat dari angkutan umum. Tapi kalo dilihat dari banyaknya orang yang menggunakan sepeda motor, dampaknya pasti sangat hebat, seperti berapa banyak bensin yang dihabiskan untuk masing-masing pengendara motor (n mobil pribadi)? Yaaa.. mau gimana lagi.. >> ini kata2 terakhir :p gak suka sih sebenernya, pasrah betul tanpa usaha. Terus berharap supaya transportasi publik lebih baik n bahan bakar alternatif non fosil segera ditemukan :D.

Postingan ini ingin sekali saya tuliskan. Bukan soal bahan bakar ato angkutan umum, tapi pengalaman naik motor di jalan raya. Heheh..

Pertama kali bawa motor, saya gak tau tuh letak tombol lampu sen di mana, tombol klakson di mana, trus tombol untuk nyalain lampu waktu malam juga gak tau ada di mana. Whueeeee....

Jadilah ketika pertama kali pulang malam, saya gak pake lampu sen dan lampu malam. Cuek aja.. Orang saya gak tau. Alhamdulillah gak kenapa-kenapa :p

Sewaktu ibu saya tau, dy langsung bilang "ya alloh si enny... untung gak napa-napa"*ada bagusnya juga ya*

Saya banyak belajar nyetir motor dari para pengendara motor lainnya. Kalo tangan harus siaga di rem, trus kalo lewat polisi tidur badan diangkat sedikit, trus belajar nyelip-nyelip di antara mobil, n sedikit ngebut juga ngeliatin bapak-bapak yang bawa motor.

Pernah suatu pagi, di jam-jam sibuk, saya dimarahi ibu-ibu yang bawa motor.
Si ibu teriak, "mbak, bawanya yang cepet, dunk."
Whuaaaaaa... ibu... saya ini baru bisa nyetir motor disuru ngebut. Alhasil, saya beranikan diri untuk lebih kencang. Thanks, bu. Kalo gak diteriakin gitu, mungkin saya gak akan berani :D

Oh ya, satu lagi. Saya pernah dipesan bapak, katanya gini, "Enny kalo naik motor jangan ngebut-ngebut, ya."
Saya merespon, "Emang batasan ngebut itu berapa km/jam, pa?"
"90 km/jam", jawabnya.
"Oalaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhh... Kalo gitu sih eni gak akan pernah ngebut, pa.. Orang 60 km/jam aja udah kayak terbang. Hehe."

Pernah juga.. panik di jalan berasa dikejar-kejar singa. Hohoho.. Gara-gara nyetir di tengah jalan n di depan kopaja yang lagi ngebut. Ckckck.. Tobat, deh..

*gak penting amat, siy*

Note: Please bapak-bapak, kalo bawa motor ato mobil, ingat anak istri di rumah, yeeeee....

23 Juli 2010

Sahabat

kaulah yang menaruh bintang
dalam mata, hati, dan genggamanku

kau tak pernah meninggalkanku
mungkin sesaat ak tak melihatmu di bawah matahari,
tapi ketika sampai pada malam
kau selalu di sana
menjelma pelita
di lorong paling gelap dan berdebu

sahabat
kaulah bintang sejati
yang tertawa, menangis, berjalan
dan tak henti berkelip
dalam langit hidupku

Puisi Abdurahman Faiz (2006) dalam bukunya Nadya Kisah dari Negeri yang Menggigil

18 Juli 2010

Sudah siapkah dengan doa yang kita panjatkan?

Sesungguhnya Allah itu Maha Pemalu, dan Ia amat malu jika doa yang dipanjatkan hamba-Nya tidak Ia kabulkan.
O, segala puja puji memang hanya untuk Allah..
Ia selalu bersama prasangka hamba-Nya. Pernahkah menyadari sesuatu yang terbesit dalam benak, kemudian menjadi kenyataan? Sesuatu yang hanya menjadi lintasan pikiran, namun beberapa waktu kemudian lintasan pikiran itu menjadi nyata.

Bagaimana dengan doa-doa yang selama ini kita panjatkan dengan sungguh-sungguh..
Ingatkah dengan doa-doa yang kita panjatkan? Meminta diberi yang terbaik di dunia dan akhirat,
Jodoh yang soleh,
Pekerjaan yang penuh berkah,
kemudian,
Sudahkah kita mempersiapkan bila Allah mengabulkan permohonan-permohonan kita? Sudah siapkah kita diberi kehidupan dunia dan akhirat yang baik, namun kita senantiasa abai pada maksiat-maksiat kecil yang lama kelamaan bertumpuk dan menggunung?
Sudah siapkah ketika Ia memberi lelaki soleh yang senantiasa mencurahkan waktu dan pikirannya pada urusan orang banyak, namun pada akhirnya kita tidak rela berbagi waktu dan materi pada umat?
Sudah siapkah kita ketika Allah memberi pekerjaan dan rejeki yang cukup? Namun yang terdengar nyata hanya keluhan-keluhan panjang tanpa batas. Pantas saja Ia belum memberi apa yang selama ini kita pinta. Rupanya kita belum siap dengan apa yang senantiasa kita panjatkan..

Wallahu'alam

Note:
Kata ganti 'kita' dipakai untuk mewakilkan kata ganti 'saya' jika ada yg keberatan, tidak dimaksudkan apapun

*Curahan lintas pikiran dan kontemplasi

11 Juli 2010

Istikharah

O Allah ! I ask guidance from Your knowledge, and Power from Your Might and I ask for Your great blessings. You are capable and I am not. You know and I do not and You know the unseen.
O Allah! If You know that this thing is good for my din and my subsistence and for my Hereafter - (or say, If it is better for my present and later needs) - then ordain it for me and make it easy for me to obtain, and then bless me in it.
If You know that this thing is harmful to me in my din and subsistence and in the Hereafter--(or say, If it is worse for my present and later needs)--then keep it away from me, and keep me away from it.
And ordain for me whatever is good for me, and make me satisfied with it.
muttaqun.com

01 Juli 2010

My new lovely student

Liburan kali ini (Ha? Libur? Hehe..) saya mendapat murid baru. A boy, smart n very kind boy. Selama libur sekolah, sebelum masuk sd, ia belajar mengaji. Anak sekarang pintar-pintar dan menyenangkan. Saya mengajarkannya selayaknya bermain dengan keponakan.
'Mbak enny juga bisa bicara bahasa inggris dengan mas', kata neneknya (mas = panggilan ia di rumah).
'Ouh, so you're speaking english too?'
'Yes!', ia menjawab dengan riang.
Weleh-weleh, i have to improve my english soon :p.
Saya membuat kalimat dalam bahasa indonesia dengan tulisan-tulisan arab, kemudian saya meminta ia untuk membacanya. Lancar. Kemudian, saya bertanya padanya, kalau sekolah suka membawa apa (untuk ditulis menggunakan tulisan arab)
'Snack box!' katanya.
Saya mikir. Hmm.. Tulisan snack box pake huruf hijaiyah bagaimana, ya? Sin sukun, nun fathah, kaf sukun, ba fathah, huruf x? Hm.. Sulit kalo untuk anak2. Saya juga nggak yakin betul. Kemudian saya bilang, mas bawa apa selain snack box? Ia bertanya memangnya kenapa? Saya menjawab snack box sulit ditulis menggunakan tulisan arab, karena dalam tulisan arab tidak ada huruf 'e' atau 'x' dan tidak semua tulisan dalam bahasa inggris atau indonesia bisa ditulis dalam bahasa arab. Wah.. Semoga ia mengerti. Ternyata ia mengerti, dan memberikan kata 'makanan' sebagai pengganti kata snack box untuk ditulis. How smart you are.. :)
Can't wait to meet you again, lovely boy..