Karena pengalaman masa kecilnya melihat kebakaran besar yang memakan korban meninggal, membuatnya fobia pada api.
Namun ia tidak mengingat kejadian kebakaran yang membuatnya fobia api.
Pernah suatu waktu, ketika kakeknya sedang membakar sampah, ia menjerit dan menangis histeris. Melihat neneknya yang dahulu masih menggunakan kayu bakar pun reaksinya demikian.
Pernah listrik di rumahnya mengalami korslet, api menjalar dari steker listri menuju plafon, ia kembali menangis.
Sungguh perasaan takut dan tak ada harap yang membuatnya demikian. Padahal, dengan pertolongan Allah dan keberanian sang ayah, api dapat dipadamkan. Walau menyisakan segores khawatir di benak. Sungguh rasa yang sangat tidak nyaman.
Wadooh...kayak2nya nggak bakalan mao masak nih ! hihihi
BalasHapusWkwk.. Kata dia sih kalo masak mah beda urusan, om.. Kan udah ada byk wrg padang n warteg.
BalasHapus