Pages

31 Desember 2009

mellow

Masa lalu hanya bisa dikenang. Ya itu benar. Dikenang, untuk dijadikan pelajaran. Ada kalanya bibir tersenyum ketika masa lalu dikenang. Tak jarang sampai mata berair karena tertawa terbahak-bahak membahas kenangan dengan pelaku lain yang sedang dikenang. Terkadang, wajah menjadi masam ketika memori masa lalu terkuak.
Bagaimana dengan masa depan?
Huehue.. Kok bahasanya jadi kayak gini, ya? Mellow mellow gak jelas.


Hari ini, sudahkah lebih baik?

Bukan karena mau pergantian tahun postingan ini ditulis, melainkan karena saya sedang ingin mengevaluasi. Huhuhu.. Hari ini, sudahkah lebih baik?
Terkadang, jika ditanya pertanyaan itu, diri diam tak berkutik. Dan memori pun berputar mengingat apa-apa yang telah dilakukan. Merasa diri tidak maksimal berbuat, mulut hanya bisa diam terkatup. Lantas, apa yang harus diperbuat supaya nurani tidak selalu merasa tertindih oleh laku? Mulai sekarang, hati, fikir, dan laku harus kompak supaya bisa menjawab pertanyaan yang menjadi judul posting ini. Hari ini, sudahkah lebih baik? Insya Allah.

02 November 2009

Kepada Sang Peri Malam

Malam ini bulan sungguh indah.
Tidak ragu menerangi gelapnya malam.
Dengan gagah memantulkan silaunya mentari.

Jika langit telah gelap dan bulan telah muncul, biasanya ia akan datang.
Yang bertugas di malam hari. Membawa sekantung pasir kantuk, untuk kemudian disebarkan ke penjuru negeri. Terbang dengan mengepakkan sepasang sayapnya yang kecil.



Duhai peri malam, di manakah dirimu?
Kurindu celotehmu.
Celoteh yang memberi warna duniaku.
Tidak lagi hitam dan putih.
Kau memberi warna merah, kuning, biru. Meskipun kontras dan tidak beratur, namun kumenikmatinya.
Duhai peri malam, di manakah dirimu?
Sang bulan telah menampakkan wajahnya.
Ku ingin melihat senyummu,
Kepak sayapmu yang kecil,
Lakumu yang gesit berputar-putar dengan kantung pasirmu yang penuh.
Duhai peri malam,
Sebelum langit gelap, angin berbisik pada sang rembulan.
Membisikkan pesan penuh sesal.
Atas kekurangpekaannya pada sang peri malam yang selalu mewarnai harinya.
Angin terlalu tidak peduli.
Ia lupa bertugas karena merasa tidak terlihat.
Kacau.
Siklus tidak berjalan. Angin menyesal akan perbuatannya.
Duhai peri malam, tampakkanlah wajahmu.
Bulan, bintang, angin, bahkan ikan di lautan rindu celotehmu.
Dan pasir kantukmu.
Di sini, angin bertekad tidak lagi mengabaikanmu, peri malam.
Dan purnama tertutup awan.
Angin berhembus perlahan.
Malam temaram. Kantuk mulai tak tertahan.
Selamat datang kembali, peri malam..

01 November 2009

Smile, and say alhamdulillah..

Positif feeling is the greatest power!

Wow.. sudah sering kali teman saya berdiskusi mengenai perasaan positif. Diskusiin buku quantum ikhlaslah, buku the secret, sampai diskusiin pelatihan tentang kekuatan pikiran. Subhanalloh, ya.. begitu dahsyatnya kekuatan perasaan, hati dan pikiran..

Saya jadi ingat kejadian beberapa tahun yang lalu. Ketika masih SMA, tepatnya sewaktu persiapan SPMB. Dulu selain di sekolah, saya juga ikut bimbel untuk membantu saya belajar. Di bimbel yang saya ikuti ada yang namanya pelajaran BIP, singkatannya apa, ya? Sejenis BP di sekolah, semacam pelajaran untuk memotivasi para peserta sekalian penyisipan nilai2 islam. Maklum, bimbelnya bernuansa islami.

Nah, si kakak BIP ini di awal pertemuannya bertanya pada kelas.

"Di sini, siapa yang yakin akan lulus SPMB?"

wuih..... siapa yang gak mo lulus SPMB, coba???

serta merta, dengan yakin dan sigapnya saya menunjuk tangan.

saya!

kemudian si kakak BIP tersenyum.

Berhubung saya duduk paling depan di kelas itu, saya menoleh ke belakang dan berharap yang lain juga melakukan hal yang sama. Semangat untuk menunjuk tangan tanda awal kelulusan SPMB.
ternyata?!
hanya satu orang di ruang kelas itu yang menunjuk tangan..
duuh.. jadi malu.. pede amat, deh nih anak
Huh! Biarin!!
Si kakak BIP cuma senyum, lagi! Gak bilang 'bagus' atau kata-kata lain yang menyemangati biar gak malu sendirian
Hehehe....
Makanya biar gak malu, saya belajar deh.. dan berdoa semoga lulus (ato lolos?) SPMB. Belajar giat gak ya?? hm.. belajar pas NF doang, dink.. hihihi..
Keinginan sudah dikunci. Harus masuk perguruan tinggi negeri!
Alhasil, ketika teman yang lain mencari alternatif PT swasta, saya tidak ikut.. Saya berkeyakinan bahwa akan diterima PTN. Aminn..Saya juga mengikuti saran kakak BIP untuk membaca surat al waqiah dan arrohman dengan berkeyakinan keinginan saya akan terwujud. Hm.. kemauan yang kuat.. Saya butuh kemauan yang kuat seperti itu sekarang.. hohoho..
Tapi.. tapi.. tapi..
Pas waktu ngisi formulir, saya dilanda kebingungan yang amat sangat.. Jurusan yang saya pilih semua memiliki peminat yang banyak dan favorit.. Saya jadi bingung menentukan mana yang benar-benar saya inginkan.. Huhu.. dasar enny..
Duuhh.. akhirnya dari sekian banyak pilihan fakultas dan jurusan, saya mencari aman. Saya memilih salah satu universitas negeri di Bandung pada pilihan pertama dan kedua. Pffhh....
Esoknya, formulir SPMB diserahkan kembali ke sekolah. Gamang. Perasaan gak menentu. Gak enak rasanya. Yap. Formulir sudah dipegang wali kelas. Insya Allah aman.
Pulang ke rumah..
Di rumah, saya mikir.. Ouh.. kalo nanti saya lulus SPMB, saya ke Bandung.. Jauuh.. nian.. Hiks.. Saya kan maunya naik bis kuning, huhuhu....
Pada ibu, saya langsung bilang, "Ma, tahun depan eni ikut SPMB lagi, ya.." dengan mata berlinang dan sedih.. Hiks.. Gak mau di Bandung, huhuhu..
Ahahaha.. dasar plin plan.. Tuh formulir SPMB udah dihapus berapa kali, tuh sebelum diserahkan ke wali kelas.. Terlambatkah untuk mengubah pilihan jurusan??
"Kenapa mesti tahun depan? Beli aja formulir yang baru" Gitu kata ibu saya.
"Lagian sih.. udah dibilangin.. pilihnya di Depok ajah! Orang mama doainnya yang di Depok, lah ini malah milih di Bandung!" Huhuhu.. orang sedih malah dimarahin.. tapi bener juga, ya! masih bisa beli formulir SPMB!! Hatiku merekah kembali.. Harapan itu masih ada!
Dengan ditemani ayah dan ibuku, kami pergi ke daerah salemba untuk beli formulir SPMB. Hari terakhir pembelian formulir ditutup, tuh.. Alhamdulillah, masih buka..
Saya cuma di-drop di Salemba, karena ayah saya gak mau nungguin ngantri beli formulir. Lama!! gitu alasannya.. Ya sudah, saya nurut aja.. usah untung dikasi modal beli formulir, n dianterin pula.
Setiba di komplek sekolah di Salemba (lupa.. komplek sekolah karena ada SD, SMP, sama SMA-nya).. Hm.. banyak orang ya?? Rame.. Persiapkan kaki.. Siap mengantri..
Ketika petugasnya sudah duduk di bangku, wuisssss.. orang langsung pada datang. Padahal belum dibuka tuh loketnya. Ada juga anak yang diantar ibunya. Hm.. enaknya dianterin.. Ada juga calo yang berkeliaran.. tapi si calo gak nawarin saya.. gak ada tampang bawa duit lebih kali ya? wkwkwkw... Hus!
Di tengah hiruk pikuk orang-orang yang siap berebut antrian dan formulir, saya hanya berdiri di belakang antria dan berfikir, "ah biarlah.. toh nanti juga sepi. Tunggu sepi aja, kasian tuh para ibu yang ambilin formulir SPMB anaknya."
Saya mundur.
Tiba-tiba
"Sini mbak bukti transfernya. Titip sama saya aj. Saya juga mau antri."
Shhhhhhh..... Serasa ada hembusan angin sejuk yang menerpa wajah saya. Hehehe. Seorang pemuda. Hm.. sepertinya bisa dipercaya.
"Ouh, makasih. Mau ambil formulir juga, ya?"
"Iya, mbak."
Saya serahkan bukti transferan saya ke orang tersebut. Pandangan saya tidak lepas mengawasinya. Hehe.. sayang, kali. Kesempatan cuma sekali. Kalo orang itu hilang dari pandangan, saya lupa mukanya, gak dapet formulir, gimana dunk?
Setelah beberapa lama, tiba-tiba.
"Ini, mbak formulirnya."
Wuih. Kaget, saya. "Iya, makasih ya."
Dia langsung ngeloyor. Belum sempet basa basi mau pilih jurusan apa dia. Hilang dari pandangan mata. Ah, semoga engkau mendapatkan yang terbaik, kawan. Terima kasih telah membantu.
Singkat cerita, saya memilih dengan jurusan yang saya inginkan. Bismillah.
Ketika hari H ujian, saya menggunakan kartu ujian yang saya beli sendiri di Salemba. Kartu ujian yang saya beli di sekolah ya gak dipake dunk. Gak mungkin membelah diri, kan?
Bismillah. Keinginan telah dikunci. Yakin, dengan pertolongan Allah: saya lolos!
Kertas ujian dibagikan. Deg degan. Tidak lupa senyum, supaya rasa cemas memudar.
Persiapan sudah matang. Percaya diri! Sip!
***
Berbekal pikiran positif, persiapan matang, dan tentunya doa, alhamdulillah keinginan yang terkunci itu tercapai. Sekarang, bagaimana mempertanggungjawabkannya. Ah, subhanalloh..
"Dan bila hamba-Ku bertanya padamu tentang Aku, maka jawablah bahwa Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa bila ia memohon kepada-Ku"

19 Oktober 2009

Indahnya menyayangi

Whuaaaa... cerita2 dikit ah..

Jadi sekitar hampir 2 bulan terakhir ini, saya 'mencicipi' pengalaman baru. Tidak lagi kerja di balik meja dan ikut2 media edukasi di hotel-hotel berbintang, melainkan stand by hampir lebih dari 12 jam sehari di sebuah sarana kesehatan yang khusus menangani diabetes. Maklum saja, semua masih merintis dari nol dengan jumlah tenaga yang terbatas. Bahkan, apotik pun belum ada. Ya sudah, alhasil semua dikerjakan. Bag big bug! Dhuaar!! Mulai dari ngisi web ini, memesan kebutuhan perawatan kaki diabetes, inventaris barang-barang, memberi harga, jadi kasir, juga resepsionis. Ho ho ho.. Belajar dulu, baru nanti buka usaha sendiri.

Diabetisi yang datang kebanyakan diabetisi tipe dua yang tidak lagi muda. Perlu diketahui, diabetes itu terbagi menjadi beberapa tipe. Ada yang tipe 1 (diabetes yang tergantung insulin, umumnya disandang ketika seseorang masih muda, bahkan anak-anak), diabetes tipe 2 (diabetes yang tidak tergantung insulin, biasanya mendera orang yang tidak lagi muda yang pola hidupnya kurang sehat dan suka bersenang-senang.. hehe), diabetes tipe 3 (diabetes yang dikarenakan penyakit lain, maupun obat-obatan), dan diabetes tipe 4 (diabetes gestasional, wanita hamil yang ketika hamil kadar glukosa darahnya tinggi yang normal kembali ketika ia sudah melahirkan).
Nah, yang sering saya temui kebanyakan adalah diabetisi tipe 2. Diabetisi itu adalah orang yang menyandang diabetes. Ada oma, opa, om, tante, bapak-bapak berdasi, bapak berkaus oblong. Dari yang 'redup' sampai yang 'nge-blink'. Dari pulau Sumatra, Jawa, Bali sampai pulau Kalimantan. Bertemu dengan banyak orang, banyak yang bisa diamati dan diambil baik-baiknya dan dilupakan buruk-buruknya. Oouuww.. Saya harap bisa melupakan yang buruk-buruk itu! :D
Di tengah kehidupan yang keras ini (batu??), sungguh sangat mengharukan jika melihat seorang anak yang usianya baru belasan tahun dengan sabarnya menuntun orang tuanya yang usianya terpaut amat sangat jauh dengan sang anak. Wajar saja, karena menikah di usia yang tidak lagi muda dan ada lag time untuk mendapatkan momongan sehingga usia terpaut jauh dengan generasi selanjutnya. Jauh datang dari pulau seberang untuk mengantarkan orang tua mendapatkan pengobatan terbaik, mengantarkan saya bertemu dengannya.
Awalnya, saya fikir ia cucunya, ternyata saya salah. Ia anaknya.
Sang bapak bercerita pada saya, "ini anak saya, umur enam belas, adiknya umur empat belas."
"wah, anak bapak masih pada muda, ya," dengan sksd saya menimpali.
"saya kawin telat. empat puluh. lama punya anak."
"oohh.. tapi anak bapak sabar, ya.. Beruntung punya anak kayak gini," sembari tersenyum pada sang anak.
Hayaahh... saya nulis apaan sih ni??
Jadi yang bikin saya terharu itu, ketelatenan sang anak merawat ayahnya. Ibunya pun telah berumur. Sabar menyuapi ayahnya, menuntunnya berjalan, mengelap hidung sang ayah yang basah karena keluarnya cairan. Huaaaa.... Padahal ia baru SMA, tapi sudah sebegitu sabarnya. Pelajaran buat saya untuk berbakti sama orang tua. Hm.. mudah ditulis dan diucapkan, namun aplikasinya butuh kesabaran..
Banyak hikmah kehidupan yang dapat diambil dari para diabetisi yang saya temui. Bagaimana sabarnya sang suami menemani istri yang kakinya telah diamputasi; sang suami yang hanya mau dituntun sama istri tercintanya; serombongan keluarga yang datang menemani opanya kontrol; seorang ibu dan kakak yang menemani anak dan adiknya yang menangis ketika pertama kali harus menggunakan insulin.. Ternyata, banyak pelajaran hidup dari apa yang terlihat. So, indahnya jika seluruh keluarga saling menyayangi.. Bahkan orang lain di luar keluarga pun ikut bahagia melihatnya :D

26 September 2009

enny mencatat (kembali)

kubuka kembali catatan enny.
ternyata ia masih ada.
terlupakan sejenak oleh hiruk pikuknya dunia.
entahlah.
mungkin hanya alasan dibuat-buat.
namun, butuh upaya untuk mengambilnya dari tumpukan catatan lain yang menggunung.
lihatlah catatan ini..
kuhembuskan nafas kuat-kuat.
pfffuuuuhhh....
debu-debu yang menempel beterbangan.
hoo..
ternyata cukup lama kumeninggalkannya.
meskipun sekedar membersihkan..
***
nulis lagi.. grogi euuyy :p
hehehe...
mohon maaf lahir batin..

14 Agustus 2009

Obat Diabetes

Belajar diabetes ah..
nih copas dari family doctor

What is diabetes?

Diabetes occurs when a person's body doesn't make enough insulin or doesn't use insulin the right way. Insulin helps your cells convert blood sugar (also called glucose) into energy. Diabetes causes the sugar to build up in your blood.

Diabetes can generally be classified as type 1 or type 2. If you have type 1 diabetes, your body makes little or no insulin. If you have type 2 diabetes, your body makes some insulin but can't use it properly or doesn't make enough to control your blood sugar level. Most adults who have diabetes have type 2 diabetes.

How is diabetes treated?

The goal of diabetes treatment is to keep your blood sugar level as close to normal as possible--not too high (called hyperglycemia) or too low (called hypoglycemia).

The first step is to have a healthy diet and to exercise. This may mean you’ll need to change your diet and exercise habits. You’ll also have to watch your weight, or even lose weight, to keep your blood sugar level as normal as possible. Your doctor will talk to you about the kinds of food you should eat and how much exercise you’ll need every week.

Regularly checking your blood sugar is a key to helping you control it. Blood sugar checks can help you see how food, exercise and insulin or medicine affects your level. Checking your blood sugar also allows you and your doctor to change your treatment plan if needed.

Sometimes diet and exercise alone can’t keep your blood sugar at a normal level. Then your doctor will talk to you about other treatments, such as medicine or insulin.

What medicines are available to treat diabetes?

Several kinds of medicine can help you control your blood sugar level. Some medicines are pills that you take by mouth (orally). Oral medicine doesn’t work for everyone, though. Some people need to take insulin. If you need insulin, you’ll have to give yourself a shot (either with a syringe or with an insulin pen). Most people who have type 2 diabetes start with an oral medicine. Your doctor will tell you which kind of medicine you should take and why.

What medicines could my doctor prescribe?

Five kinds of diabetes medicine are available in pill form: sulfonylureas, biguanides, thiazolidinediones, glucosidase inhibitors and meglitinides. Each medicine has good points and bad points. Your doctor will decide which medicine is right for you.

Sulfonylureas
Sulfonylureas (some brand names: Amaryl, DiaBeta, Diabinese, Dymelor, Glucotrol, Glucotrol XL, Glynase, Micronase, Orinase, Tolinase) are the most commonly prescribed diabetes medicines. These medicines help your body make insulin. They are inexpensive and have few side effects. Side effects may include weight gain and low level of sodium in the blood. Sulfonylureas can be taken alone or with metformin (a glucosidase inhibitor), pioglitazone (a thiazolidinedione) or insulin. If you’re allergic to sulfa, you can’t take a sulfonylurea.

Biguanides
Metformin (brand name: Glucophage) may be prescribed for people who have diabetes and are overweight, because it may help with weight problems. Metformin helps the body use insulin better. Metformin can cause side effects such as nausea or diarrhea in some people. It can be taken with a sulfonylurea.

Thiazolidinediones
This class of medicines includes rosiglitazone (brand name: Avandia) and pioglitazone (brand name: Actos). An older medicine, troglitazone (brand name: Rezulin) is no longer available because of the risk of liver problems. Rosiglitazone and pioglitazone appear less likely to cause liver problems, but people taking them need periodic liver tests. Other side effects may include weight gain and fluid retention. These medicines help your body respond better to insulin. Rosiglitazone and pioglitazone can be used alone or in combination with other diabetes medicines.

Glucosidase inhibitors
Glucosidase inhibitors (brand names: Precose, Glyset) work in your stomach and bowels to slow down the absorption of sugar. This medicine can cause stomach pain, diarrhea and bloating, so it may not be a good choice if you have a history of stomach or bowel trouble. It can be taken alone or with a sulfonylurea.

Meglitinides
Repaglinide (brand name: Prandin) is taken with meals to control your blood sugar. Your doctor can tell you how to adjust the dose according to the number of meals you eat. Repaglinide can be taken alone or with metformin. Nateglinide (brand name: Starlix) is taken with meals to keep your blood sugar level from getting too high after you eat. Side effects may include weight gain. Nateglinide can also be taken alone or with metformin.

Your doctor may prescribe a combination of 2 or even 3 types of medicine to help control your blood sugar levels. Some combinations are available together in one pill. Some of these include a combination of a thiazolidinedione and a biguanide (Avandamet and ACTOplus Met) or a sulfonylurea and a biguanide (Glucovance and Metaglip).

13 Agustus 2009

vespa antik, mau??

Vespa antik keluaran tahun 1964 dan 1963 ini salah satunya akan dilepas oleh pemiliknya. Kondisi: bagus, mengkilap. Maklum, vespa kesayangan :halah: Yang akan dilepas hanya satu saja. Berminat?? Hubungi 021 946 123 94 dg Bp Yusuf

vespa super tahun 1964
vespa kongo tahun 1963

27 Juli 2009

so blessed?

Sahabat, aku punya pertanyaan..
Bagaimana tanggapanmu jikalau ada seseorang yang:
bertubuh tegap
berwajah tampan
berotak cerdas
berumah luas
berlimpah harta
ouhh..
mulia sekali hidupnya..
Tuhan amat menyayanginya..
benarkah?
aku masih ingin bertanya padamu sahabat..
tentang tanggapanmu dengan seseorang yang:
bertubuh layu
berwajah penuh gurat
berotak biasa saja
berumah sederhana
jauh dari gelimang harta

ouhh..
hina sekali..
aku tidak mau seperti itu..
sekali lagi aku memastikan: benarkah?
benarkah begitu sahabat?
standar apa yang sahabat gunakan untuk menilai seeorang mulia dan hina?
benarkah seseorang hanya dilihat dari wajahnya, tubuhnya, hartanya, posisinya?
Sahabat,
dalam surat cinta-Nya kita diingatkan..
dahulu ada kaum yang bertubuh tegap.. memiliki otak cerdas.. bisa membuat bangunan tinggi, pencakar langit.. kaum 'Ad
ada juga kisah kaum Tsamud, si pemahat ulung.. pemilik teknik memahat batu-batu besar untuk tempat tinggal mereka..
muliakah mereka?
ternyata mereka, kaum-kaum besar itu, dibinasakan..
ditimpa azab..
benarkah itu semua?
ya, sahabatku.. itu benar..
termaktub dalam surat yang kita hafal sama-sama..
Al Fajr..
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum Aad?,

(Yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi,

Yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain,

dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah,

dan kaum Firaun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak),

Yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri,

lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu,

karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab,


di akhir surat tersebut, kata-kata yang menentramkan menjadi kabar gembira bagi yang mengejar kehidupan yang kekal.. kata-kata yang amat mengharukan..
Wahai jiwa yang tenang,

Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya..

Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku,

dan masuklah ke dalam surga-Ku.


amboi.. indah nian...
benar.. indah nian..
mudah-mudahan panggilan itu ditujukan pada kita..
semoga Allah mengabulkan doamu, sahabatku..
Amin.. sahabat, tetap ingatkan aku agar tak terlena hijaunya dunia..

16 Juli 2009

Ina: memori tentangmu

Ini bukan tentang Aina si keponakan centil saya yang gak mau gemuk (anak sekarang peduli amat sama penampilan y.. padahal dia baru saja akan masuk esde!! ck..ck..). Bukan juga Ina mantan temen kos saya waktu kuliah (selain dian). Ini tentang Ina sahabat saya semasa SMA. Temen main semasa muda dulu . Tepatnya ketika kami masih kelas satu SMA.
Sebenarnya, di sekolah menengah pertama (SMP) kami satu sekolah. Saya pun baru melihatnya ketika kelas 3, tahun terakhir di SMP. Kami tidak saling akrab satu sama lain. Bahkan kenal pun tidak. Hanya tahu wajah. Terkadang saya tidak sengaja bertemu dengannya di mushola SMP kami. Letak mushola masih di pojok sekolah. Kecil namun syahdu. Ketika itu, SMP kami termasuk bangunan yang baru direnovasi. Fasilitas pun masih seadanya, tidak terkecuali mushola kami. Belum ada karpet di mushola, sementara sajadah terbatas. Alhasil, sholat beralaskan lantai yang dingin bukan jadi pemandangan langka. Suatu ketika, saat sholat beralaskan lantai, tiba-tiba ada yang menghamparkan sajadah ke tempat sujud saya. Ah, entah siapa. Selesai solat, saya lihat di samping saya, gadis hitam manis berambut lurus sedang khusyuk berdoa. Ya sudah, saya lipat saja mukena, kemudian kembali ke kelas melanjutkan aktivitas. Dialah Ina. Pertemuan kami hanya dilanjutkan dengan senyuman satu sama lain.
Rupa-rupanya, ketika SMA kami berkawan akrab. SMA yang letaknya tepat di samping SMP kami. Salah satu SMA keren di Jakarta Selatan. Di kelas satu kami sekelas. Kami pun sekelompok permainan. Hm.. sekelompok itu ada tujuh orang, saya sebutin yaa.. Ada Husna, si jebolan MTs yang berganti kostum. Huehue.. kebalik kita ya hus! Ada juga Eva, si ikal berambut panjang, ada juga Ellen orang batak berwajah sipit . Ada Putri si imut nan manis, ada juga Andra yang rumahnya jauuh, ada juga Enny si baik hati , dan terakhir si tokoh utama yang sedang diceritakan: Ina yang gak kalah baiknya sama Enny.
Entah bagaimana ceritanya kami bertujuh bisa jadi sekelompok main. Yang saya ingat, kami ini kalo kemana-mana sama-sama. Mulai dari ngerjain peer, tugas, break time, main-main, jalan-jalan.. Sampai-sampai, kami punya gelang berwarna hijau yang terbuat dari sejenis kaca yang dibelikan mamanya Husna sewaktu naik haji. Dengan pedenya kami menggunakan gelang itu di sekolah. Tapi sayang, gelang saya pecah, gak sengaja dijatohin sama abang ..
Ina yang saya kenal itu sangat lucu. Saya tidak menyangka.. Sebelumnya, ketika kami belum akrab, saya fikir dia itu sangat pendiam.. Ternyata?! Yang saya ingat juga dia itu suka sekali membaca novel. Sampai-sampai, ketika pelajaran seni rupa, sewaktu kami diminta menggambar apa saja di kanvas, ia menggambar cover depan dari novel yang pernah ia baca. Sebuah novel karya Danielle Steel. Cover depannya itu gambar rumah ala Jepang.. bagus deh gambarnya.. Novel yang judulnya putri dari timur ato silent honor.
Meskipun kami -saya lebih tepatnya- mengira telah cukup mengenal satu sama lain, ternyata saya baru mengenal luarnya saja. Saya tidak tahu, dan kurang cukup mengenal Ina, teman baik saya. Latar belakangnya, keadaan keluarga, kondisi badannya, dan apa-apa yang seharusnya diketahui temannya. Maafkan diriku, teman..
Ketika tiba libur sekolah, semua yang berstatus pelajar ber-euforia menyambut indahnya libur. Mulai dari anak TK, SD, SMP, SMA.. Tidak terkecuali kami. Apalagi ketika ada yang mengajak ke Dufan gratis. Makin asyik saja liburan itu.. Ya, kami pergi ke Dufan secara cuma-cuma. Bukan karena fasilitas kakak saya (dulu dia masih mahasiswa, belum kerja di Ancol), tapi karena fasilitas dari mamanya Husna yang seorang Kepala Sekolah TK. Kami nebeng gratisan bareng anak-anak TK dan orang tuanya. Tidak masalah.. Yang penting hepi dan gratis.. hueeeehe..
Setiba di Dufan, dengan sok gagah berani, kami langsung mencoba kora kora si perahu setan..
HUAAHHHH.. WWWAAAAAHH... Ayooooo.... Teriak sepuas-puasnya, sekenceng-kencengnya...
HUAAAAA............ HUUUAAAAAAAAAAAA....HHHH..
Selesai diayun-ayun dengan sangat ekstrimnya, kami tertawa-tawa.
"Wahahaha.... Lucu ya.. Wahahaha..."
Namun, Ina malah muntah-muntah.
"Hueekk... Huek..."
"Yaah.. ina, kok malah muntah??"
"Eh, naik lagi yuk.. ngantri lagi.."
"Yuk.. abis itu kita naik halilintar."
"Ina, ayooo.. masak segitu aja udah muntah-muntah?"
"Ah, ina.. ayo.. naik lagiii.."
Dasar anak SMA... Temennya muntah-muntah malah diajak naik kora-kora lagi. Dengan sabarnya Ina menolak ajakan kami. Mungkin ia merasa sangat mual, berdebar-debar, dan pusing. Ina memilih untuk menunggu kami berpetualang dengan si perahu setan dan halilintar di pinggir wahana. Sampai matahari kembali ke peraduannya, barulah kami pulang. Dijemput supirnya Putri, kami kembali ke rumah. Namun di perjalanan pulang, Ina masih pucat dan muntah-muntah.
"Huek.. huek.."
"Ina masuk angin amat, yak.." begitu pikir kami.
***
Waktu terus melaju sampai kami berada di kelas tiga SMA
***
Di siang hari bulan Desember yang cerah, ketika libur untuk persiapan ujian bersama. Saya asyik santai di rumah. Masak nasi goreng.. trus ngidupin tipi. Krrriuut... Perut keroncongan minta diisi. Nasi goreng lezat ala enny yang baru selesai dimasak, siap disantap. Tipi telah siap ditonton.
Tiba-tiba telepon berbunyi.
RRRing...
Siapa, sih siang-siang begini..
"Halo?"
"Assalamualaikum. Bisa bicara dengan enny?"
"Iya,waalaikum salam. Ini enny.. Siapa ini? Shofi, ya?", Saya hafal nada suara shofi, teman saya di Rohis sekaligus teman sebangku Ina di kelas tiga.
"Iya, ini Shofi.. Enny dah tau, belom?"
"Tau apa, Shof?"
"Pffhhh....", terdengar Shofi menghela nafas. Berat.
"Innalillahi wa innailaihi rojiun.."
Deg. Jantungku berdebar kencang.
"Kenapa, Shof?"
"Ina....", suara mulai bergetar.
"Ina kenapa, Shof? Ayahnya meninggal?", karena kutahu ibunya telah tiada. Ya Allah, Ina harus menanggung beban itu sendiri. Ia masih memiliki adik laki-laki. Tinggal di Jakarta sendiri. Pikiranku mulai bermacam-macam.
"Bukan..." Shofi mengatur nada bicaranya lagi. Alhamdulillah, hatiku mulai tenang.. Bukan ayah Ina yang meninggal..
Namun, Shofi melanjutkan perkataannya..
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun... Ina meninggal dunia, En.."
Deg!!
Saya berusaha menahan jatuhnya air mata saat mengetik ini..
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun......" Air mata dan rasa kehilangan mendadak muncul. Nasi goreng sudah tidak menggiurkan. Perut tidak lagi lapar. Masya Allah.. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.. Saya segera membangunkan ibu saya yang sedang beristirahat siang, menelepon Husna teman kami..
Sedih sekali.. perasaan tidak menentu.. Ternyata Husna juga belum mengetahui berita meninggalnya Ina.. Ya Allah... Saya berharap Shofi hanya bercanda.. Saya segera pamit pada ibu untuk ke rumah Ina.
Di sepanjang perjalanan, di dalam angkot, air mata terus menitik.. Ya Allah.. Ina.. Saya mengenang pertemuan terakhir kami. Salaman setelah idul fitri di hari senin.. Ina.. maafkan aku, ya..
Sebelum ke tempat Ina, saya ke rumah Husna terlebih dulu. Kami menangis.. Kemudian mencoba untuk menerima semua ini. Takdir: rezeki, jodoh, dan kematian telah ditentukan Sang Sutradara. Di rumahnya, ternyata sudah banyak yang melayat.. Ina, banyak yang menyayangimu..
Ya Allah, Ampunkanlah ia, maafkanlah ia dan tempatkanlah ia di tempat yang mulia, lapangkan kuburnya, mandikan ia dengan air salju dan air es. Bersihkan ia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berikanlah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan ia ke Surga, jagalah ia dari siksa kubur dan Neraka.”
***
Ternyata Shofi tidak bercanda. Ina, sahabat kami, memang pergi meninggalkan dunia fana ini.. Beberapa hari menjelang ulang tahunnya yang ke-18.. Kemungkinan Ina mengalami penyakit jantung, penyakit yang gejalanya mirip dengan gejala masuk angin seperti kejadian di Dufan lalu. Ina, kau mengingatkanku bahwa kematian itu dekat.. Ya Allah, maafkanlah aku yang terkadang lupa.. Ina, maafkan aku yang terkadang lupa menyebut namamu dalam doaku.. Ya Allah, ampunilah aku..
***

15 Juli 2009

background baru catatan-enny


Sudah lama gak posting.. Ini background catatan-enny yang baru.. tenang2 belom selese.. masih gak enak dipandang mata nih backgroundnya.. alhasil postingan saya tertinggal jauh sama 'kompetitor' .
Eh, gimana gimana, bagus kaann backgroundku?? Ngedit sendiri, berbekal pengetahuan photoshop ala kadarnya. Masih gak cocok sih ukurannya.. Ntar deh ye di rumah aj, insy.. warna putih dipadupadan dengan hijau mentereng suasana natural oke juga yah..

12 Juli 2009

ngintip kampus

Hm.hm.. sudah cukup lama tidak menulis di blog.. produktivitas saya menulis tertinggal jauh dengan teman lainnya. Merasa tersaingi, nih. hehehehe.. Kemaren2, fokus saya adalah mengubah tampilan blog. Banyak template-template blog yang sangat bagus yang ditawarkan para blogger pendahulu. Tapi gak sreg kalo gak pake buatan sendiri. Alhasi, jadilah berkutat mikirin background bagusnya kayak gimana, warnanya apa, dan sebagainya. Terus jadinya gimana, ni?? Hehehe.. belum jadi. Background saya masih kegedean ukurannya.. kurang pas sama ukuran layar.
Tak usah berpanjang lebar, sekarang ingin berbagi pengalaman saja, dulu ya.. Ehm,, kemarin sabtu (11 juli tepatnya), saya ke kampus lagi. seneng amat, sih? Yah namanya juga udah lama gak ngampus, trus ke tempat yang selama 5 tahun berturut-turut menghabiskan waktu. Pasti akan penasaran, dunk sekarang kayak apa? Emang udah seberapa, sih gak ke kampus? Yah, kira2 hampir setahun, lah ya.. Dulu kan sumpah sekitar bulan Agustus, wisuda, hm.. ya lumayan lah (eh udah lama apa belom, ya??)
Perjalanan dari rumah menuju kampus masih menggunakan jalur yang sama. Naik bis yang sama.. dari tempat yang sama..  Harga bisnya pun masih sama dengan harga yang terakhir kali saya naik. Padahal harusnya turun, tuh.. huuuu... wkwkwk
Sejak tahun 2003 lalu, saya menggunakan jasa transportasi umum untuk sampai ke kampus. sempat merasakan bayar bus dari 1200, trus 2500, 3000, sampe sekarang 4000 rupiah. Meskipun BBM turun sebanyak dua kali, namun si bus akap ini tidak menurunkan tarifnya. Meskipun begitu, tiap pagi bus ini selalu dipadati penumpangnya yang sebagian besar mahasiswa. Wajar saja, bus berwarna ungu-kemerahmudaan ini memonopoli jalur transportasi lebak bulus-depok. Tau, khaaaaan bus apaan??? Pasti tau untuk yang terbiasa menggunakan bis ini, apalagi yang rumahnya sekitar lebak bulus, ciputat, bintaro, dkk..
Ya sudah, singkat cerita, sampailah saya di kampus. Tepatnya gang kober, depok. Hm, tidak banyak berubah. Tetap ada rental, tukang jualan, es pocong juga masih ada. Bedanya karena sekarang internet udah jadi kebutuhan, yang dulunya cuma rental komputer, sekarang juga dilengkapi fasilitas internet. Jagi gak cuma ngetik doang, gitu.. Ngeprin selembar 200 juga masih ada.. 
Kaki saya terus berjalan cepat ke arah halte bis. Maklum, sudah ditelepon-telepon sama dian. Sempat mengamati halte yang berada di bagian depan kampus. Halte nampak beda. Udah dikeramik, sebelumnya kan cuma dikasih campuran semen sama pasir. Trus, trus, yang norak lagi, bis kuningnya udah bagus. hehehe... awalnya sempat ragu untuk naik itu bus. Kirain bis kuning bermotif daun dan ber-AC adalah bikun sewaan. Ternyata itu adalah bis kuning biasa. Oalah.. norak amat, yak.. Ya sudah, cepat.. cepat.. ibu dian nungguin di halte berikutnya..
Perjalanan berlanjut sampai wisma makara. Eh, saya udah bilang belom, kalo kemarin itu ada seminar? Ya.. ya.. seminar apoteker 68 tentang bioteknologi farmasi. Alhamdulillah nambah info buat saya.. Banyak yang hadir.. Apa isi seminarnya? Insya Allah ditulis di postingan yang berbeda, ya.. Lanjutin ngintip ke asrama, yuk.. Asrama dari luar tampak sama dan biasa. Ini sih sok tau,, soalnya saya bukan anak asrama sih dulu.. Trus, berhubung seminar sampai sore, sedangkan jam kerja para supir bis kuning pada hari sabtu cuman setengah hari, jadilah para peserta seminar harus jalan dari wisma makara ke depan halte gerbatama. Bis kuning gak boleh disewa untuk para peserta seminar karena -menurut salah seorang panitia-menurut pihak kampus dapat mengganggu pemasukan para ojekers kampus yang sudah dianggap sebagai keluarga besar. Wah.. wah.. Oh, iya, para ojekers itu juga punya identitas sebagai keluarga besar kampus. Bukan pake kartu, melainkan pake helm yang ada nomernya. Udah dulu deh ngintip kampusnya, karena setelah seminar, kami rujakan di kosan komi.. Rame euyy.. Maklum, deh.. kalo dulu ke kosan orang numpang nginep karena kemaleman ato besoknya ujian.. . Hua... udah selese, nih tulisannya. gajebo...

03 Juli 2009

Belajar Interaksi Obat yuuk


Berhubung punya blog yang bisa dilihat banyak orang, saya mau berbagi sedikit pengetahuan nih. Supaya yang mampir blog ini dapet oleh2 pengetahuan yang siapa tau berguna. Waktu kuliah dulu, pernah ambil mata kuliah interaksi obat. Asyik juga lo belajar interaksi obat (meskipun ngulang, hehe). Siap??
Pernah mengkonsumsi obat kan? Yah entah ketika kepala pusing atau pilek2 pasti minum obat. Pernah minum banyak obat dalam waktu bersamaan? Minum obat pake kopi, teh ato susu, pernah juga? Simak bahan kuliah pengantar interaksi obat ini yaa.. ^^
Yak!! Selamat membaca!!
Ketika dua atau lebih obat dikonsumsi secara bersamaan, akan ada kemungkinan terjadi interaksi. interaksi yang terjadi ini bisa menambah atau mengurangi efektivitas maupun efek samping obat. Bahkan bisa saja interaksi menyebabkan adanya efek samping baru, yang seharusnya gak muncul kalo obat dikonsumsi sendirian.Secara teori, peluang terjadinya interaksi obat sebanding dengan jumlah obat yang dikonsumsi. Karena itu, seseorang yang mengkonsumsi banyak obat dalam waktu bersamaan, kemungkinan memiliki risiko terjadinya interaksi cukup besar. Adanya interaksi obat juga bisa menyebabkan peningkatan biaya karena adanya kemungkinan efek samping yang harus ditangani. Selain itu interaksi obat juga bisa saja menyebabkan munculnya penyakit yang seharusnya bisa dicegah.Interaksi obat yaitu interaksi antara obat dengan substansi lain yang dapat mempengaruhi efektivitas obat, sehingga obat tidak bekerja seperti yang diharapkan. bisa saja terjadi antara interaksi obat dengan obat maupun obat dengan makanan dan zat lainnya.
Kok bisa ada yang namanya interaksi obat, ya??
Iya, ya.. kok bisa?? ck.. ck.. Ternyata ada beberapa mekanisme kenapa obat yang satu berinteraksi dengan obat lainnya, minuman, ato makanan. Nah, hasil dari interaksi tersebut bisa menyebabkan pertambahan ato penurunan:
  • absorpsi obat oleh tubuh
  • distribusi obat dalam tubuh
  • perubahan pada tubuh yang disebabkan oleh obat (metabolisme)
  • eliminasi obat dari tubuh
Yang paling penting dari interaksi obat yaitu adanya perubahan pada absorpsi, metabolisme, atau ekskresi obat. Interaksi obat juga bisa terjadi ketika dua obat yang punya efek sama (aditif) ato efek berlawanan yang diberikan bersamaan.Lantas, mengapa kalau terjadi interaksi obat?Interaksi obat bisa meningkatkan ato mengurangi manfaat maupun efek samping dari obat yang diberikan. Ketika interaksi obat memberikan manfaat tanpa menimbulkan peningkatan efek samping, obat yang saling berinteraksi tersebut bisa dikombinasikan untuk meningkatkan penilaian penyait yang sedang diterapi. misalnya obat yang dapat mengurangi tekanan darah dengan mekanisme kerja yang berbeda bisa saja dikombinasikan karena efek penurunan tekanan darah yang dihasilkan dari adanya interaksi obat tersebut bisa saja lebih baik dibandingkan obat diberikan sendiri (tanpa kombinasi). Absorpsi beberapa obat meningkat dengan adanya makanan. Karena itu obat-obat ini diberikan bersamaan dengan makanan untuk meningkatkan konsentrasinya dalam tubuh dan efeknya. Sebaliknya, bila absorpsi obat berkurang dengan adanya makanan, maka obat diberikan saat perut kosong. faktor yang diperhatikan dalam interaksi obat yaitu apakah ada pengurangan efek yang diharapkan ataukan peningkatan efek sampingnya.. Obat yang mengurangi absorpsi ato meningkatkan metabolisme ato eliminasi obat lain dapat mengurangi efek obat lain. Hal ini bisa saja menyebabkan kegagalan terapi. Ck.. ck.. Tapi perlu diingat juga, interaksi obat yang pada teorinya itu buanyak banget, kadang tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. So, ada penatalaksanaannya tersendiri.Insya Allah nanti ada bagian selanjutnya deh. Sekalian saya belajar juga. Anggap saja ini bagian pengantar ^^

gambar: doc getty images

30 Juni 2009

About Love

Beberapa waktu belakangan ini, tema-tema seputar cinta, hati, menjaga hati, dan hal-hal semacam itu banyak terpapar pada saya. Paparan itu Diskusi panjang lebar, tukar pikiran, curhat-curhatan, bahkan sampai pembicaraan yang berujung buntu. Bosan sekali plus pusing sebenarnya. Bukan apa-apa, karena yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya. Pun, yang ditanya tidak lebih baik dari yang bertanya. Alhasil dengan segala ke-soktau-an dan ke-soktua-an, saya timpali diskusi itu seadanya. Setidaknya saya bisa menjadi teman berbagi kegalauan yang selama ini menggelayuti. Hal ini membuat semua makin rumit karena ada langkah yang saya pun ragu untuk melakukannya.. Hmm agak gak jelas ya arah tulisan ini.. Sebenarnya, bagaimana sih seharusnya? Mari simak apa kata Syekh Yusuf Qardhawi yang saya sadur dari kumpulan ceramah beliau. Pada awal ceramahnya, beliau menyentil para manusia yang dimabuk cinta manusia lainnya dengan mempertanyakan mengapa cinta begitu sempit dimaknai.. Mengapa kecintaan kepada Allah tidak menghiasi relung jiwa, pikiran, dan hati kita? Huhuhu.. sentilan yang amat mengena..
Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya tidaklah dapat kamu menghitungnya..* Dan nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?**
Mengapa manusia lupa untuk mencintai Allah? Rasa cinta orang yang beriman terhadap Allah sepenuh hati, terbawa hidup sampai mati. Merekalah yang disebut dalam firman-Nya
Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka-pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhaadap orang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan tidak takut pada celaan orang-orang yang suka mencela.***
Dalam ceramahnya yang dibukukan pustaka al kautsar, beliau mengingatkan bahwa mukmin sejati pasti disibukkan dengan kecintaan terhadap Allah, Rasul-Nya, dan surga. Ia senantiasa merindukan Allah azza wa jalla. Kecintaan terhadap akhirat yang tak kasat mata, tidak tertangkap pendengaran, dan tidak terbetik dalam hati, membuatnya lupa pada semua yang ada di dunia ini. Sebab, mukmin sejati hanya menghendaki kedudukan di sisi Allah.
Dijadikan indah (pandangan) manusia kecintaan apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Katakanlah, inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari demikian itu? Untuk orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhoan Allah; dan Allah maha melihat hamba-hamba-Nya.****
Lalu bagaimana dengan tanggapan syeikh Yusuf soal vmj yang sekarang sedang mewabah?

Silakan dicek di surah:

*Ibrahim:34
**Arrahman
***Al Maidah: 54
****Ali Imron 14-15

pattern


Ragam pattern indah tersebut dari sini. Rencananya pattern itu untuk background blog catatan-enny. Belajar naro background dari link ini juga link ini. Setelah ngutak atik kode html (mata berasa sepet), akhirnya pke background dari web lain. Soalnya kalo pke pattern di atas, kurang nyaman baca2 karena jadi rame. Akhirnya saya putuskan sementara pke gambar memo berwarna putih dengan paper clip aja. Nyambung sama judul blog: catatan-enny :). Mudah2n tetep nyaman dibaca. Mungkin nanti kalo sempet di rumah ngutak atik gambar pke photoshop, biar pke image sendiri.. Setidaknya saya puas karena bisa naro background di blog n ngubah blogumulus jadi transparan ^^. Maklum saja ya, orang baru.. 

25 Juni 2009

Teliti: itu perlu!

Tulisan lama yang tersimpan di blog friendster, sebelum akrab dengan blogspot :D (haha.. kemana aj bu??). Tertanggal 1 februari 2009. Tentang pengalaman baksos.
Sekitar 2 pekan yang lalu (11/01/09), Dewan Pimpinan Ranting sebuah partai dakwah mengadakan acara bakti sosial. Acara yang rutin diadakan ini berupa penjualan sembako bersubsidi, sosialisasi dan pendidikan politik, serta pelayanan kesehatan gratis. Seperti biasa, saya tak mau ketinggalan ikut acara ini. Dikarenakan farmasi sebagai background pendidikan formal, jadilah saya ditempatkan di bagian penerimaan dan pelayanan resep.

Setelah pembukaan acara, pembacaan tilawah, sambutan-sambutan tokoh masyarakat serta sosialisasi politik, kini saatnya dokter, tim pemeriksa kadar gula darah, apoteker, dan asisten apoteker beraksi. Keluhan pasien bermacam-macam. Mulai dari minta vitamin, pusing-pusing biasa, batuk pilek, asma, sampai yang diabetes dan hipertensi. Semua keluhan dilayani dengan ramah oleh dokter. Resep kemudian diberikan pada tim farmasi.
Berlembar-lembar resep dilayani. Berkantong-kantong obat diberikan kepada pasien yang membutuhkan. Setelah suasana mulai sepi, tiba-tiba, datang seorang ibu yang membawa sobekan kertas berisi tulisan dokter. Oh, rupanya masih ada pasien. Saya fikir pelayanan pasien sudah ditutup. Si ibu ini pasien terakhir, kehabisan kertas resep. Sambil melayani resep-resep yang tersisa, saya mengambil kertas tersebut dari ibu bertubuh ringkih itu. Melihat wajahnya, saya merasa… apa,ya.. iba, sayang, gak tega.. yah sejenis itu deh. Fokus kemudian beralih ke obat. Resep tidak dilayani seorang diri. Ada 2 orang termasuk saya. Resep si ibu tadi dilayani oleh rekan. Tak berapa lama, rekan menyerahkan kantong berisi obat. di situ tercantun nama. kemudian saya panggil nama yang tercantum di etiket.
“Ibu Fulanah”

Ibu yang ringkih tersebut mendekat.

“Ibu, ini obatnya, ya… (lupa apaan. kayaknya AINS, deh). Nanti diminum bla…bla..”

ibu itu mengangguk mengiyakan, tersenyum, kemudian pergi.

Tiba-tiba, rekanan farmasi di samping saya menyodorkan lagi kantong obat yang isinya anti diabetes atas nama Ibu Anu. Ketika disesuaikan dengan resep di sobekan kertas itu ternyata anti diabetes juga dengan nama Ibu Anu. Astaghfirullah!! Salah ngasi obat!! Rupanya obat yang tadi diberikan ke ibu tersebut adalah obat milik pasien lain (Ibu Fulanah) yang tidak berada di tempat. Jadi tidak mendengar ketika kami memanggilnya.

Panik menjalar tiba-tiba!

Lari!

Cari!

Temukan orangnya!

Gak ada!!

Sedikit mengatur emosi, kusapukan pandangan ke sekeliling.

Ketemu, ketemu!!! Itu ibunya!! Alhamdulillah!!!

“Ibu namanya Ibu Anu,ya?”

“Iya”

“Maaf ibu, tadi yang saya panggil Ibu Fulanah. Yang Ibu bawa itu obatnya Bu Fulanah. Ini obat Ibu..”, sambil menyerahkan obat yang seharusnya dan mengambil obat yang bukan seharusnya.

Tidak berapa lama, datanglah si Ibu Fulanah mengambil obatnya.

pfffuh, selesai masalah.

Lega, bahkan dokternya ikut lega. Bagaimana kalau si ibu tersebut sudah tidak di tempat? Bisa kejadian obat tidak rasional karena obat tidak tepat indikasi.

Apapun itu, setiap kejadian harus diambil hikmahnya. lain kali, kalo nyebutin nama, harus keras suaranya. Pastikan nama tersebut adalah orang yang dimaksud, kalau perlu, pastikan umur dan alamatnya. Selain itu, kalo ngasi obat, sambil cek di resepnya. Pastikan jumlah dan obat yang dimaksud sesuai dengan yang di resep. Jadi intinya: teliti!!

Moga kejadian tersebut gak terulang lagi…

24 Juni 2009

ah, tuliskan saja!

Ini saya ambil dari note di handphone. Ingat sekali, dulu menulisnya waktu di dalam angkot menuju jalan ke rumah. Malam, selewat maghrib. Angkot ini hanya mengangkut seorang penumpang.
Di note tersebut tertulis apa yang ada dalam hati saya. Beginilah ungkapan hati saya ke si abang angkot yang tak sempat saya sampaikan :P
duh, abang angkot..
musiknya kenceng banget siy..
saya tau saya numpang di angkot abang
tapi musiknya dipelanin, dunk
saya tau sekarang ini macet,
abang angkot butuh hiburan
tapi saya butuh istirahat
kepala saya pusing ngedengerin musik selera abang angkot..
:(
Hehehe.. Pas maghrib2 (lewat magrib, seh.. magrib di terminal dulu), macet2, sendirian, di pojokan, abangnya sesuka hati memaksimalkan volume speakernya.. mana musiknya ajib2 gitu.. huhu.. pusing banget kepala waktu itu..
ya, sudah tersampaikan apa yang mengganjal di hati saya. seperti judul yang saya beri untuk postingan ini. ah, tuliskan saja! entah abang angkot akan membacanya atau tidak. hehe.. sekian, terima kasih.

Tentang Bulan Rajab

Alhamdulillah. Hari ini, 24 Juni 2009 bertepatan dengan 1 rajab 1430 H. Allahumma bariklana fi rajaba wa sya'ban wa balighna ramadhan.. Amin..
Saya posting tulisan tentang pertanyaan yang banyak muncul mengenai bulan rajab yang murni copas dari link ini. Mudah-mudahan bermanfaat, terutama buat saya pribadi.

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa."
(QS. Al-Taubah: 36)

Berikut adalah Tanya Jawab yang dikutip dari kitab “Fatawi al-Azhar Juz 9 hal 254 bab Syahr Rajab” (Fatwa Al-Azhar Tentang Bulan Rajab). Pertanyaan: Banyak orang yang menggunakan keutamaan bulan Rajab dengan melakukan puasa, sholat, dan zirah kubur. Dan mereka mengetangahkan hadits-hadits yang banyak. Bagaimana pendapat yang shahih tentang hal itu?

Jawaban: Al-Hafidz Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Hajar al-Asqalani menulis sebuah risalah dengan judul “Tabyin al-’Ajab bi maa
Warada fi fadhli Rajab” (Penjelasan suatu keanehan tentang hadits yang menerangkan keutamaan Rajab), beliau mengumpulkan dalam risalah tersebut semua hadist yang berkaitan dengan keutamaan bulan Rajab, puasanya serta sholatnya. Beliau mengklasifikasikannya kepada hadist dhoif (lemah) dan hadist maudhu’ (buatan). Beliau juga menyebut Rojab dengan 18 nama. Yang terkenal adalah “Al-Ashomm” (yang tuli), karena tidak terdengarnya gemercing pedang disebabkan karena Rajab itu termasuk bulan haram yang diharamkannya peperangan. Dan “Al-Ashobb” (limpahan), karena limpahan rahmat pada bulan itu. Dan ”Munashil al-Asinnah” (keluarnya gigi). Seperti disebutkan dalam hadits Bukhori dari Abu Roja al-Athoridi berkata: “Kami dahulu menyembah batu. Jika kami menemukan batu yang lebih baik, kami buang batu kami dan kami pakai yang lain. Jika kami tidak menemukan batu, kami kumpulkan beberapa tanah lalu kami datangi kambing dan memeras susunya, kemudian kami berthowaf dengannya. Jika masuk bulan Rajab, kami berkata “Munshil al-asinnah” tercopot gigi dan tidak kami tinggalkan panah besi, tidak kami biarkan anak panah besi kecuali kami copot. “

Keutamaan Rajab masuk dalam keumuman fadhilah bulan-bulan haram (al-asyhur al-hurum) yang difirmankan Allah SWT yang artinya: Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram[. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri[ kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Taubah: 36)

Dan ditegaskan oleh hadist Bukhori Muslim tentang haji wada bahwa tiga bulan (haram)tersebut berurutan yakni Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. Sedang satu bulannya terpisah yakni bulan Rajab yang terletak antara bulan Jumadilakhirah dan Sya’ban.
Dan di antara larangan berbuat kezaliman itu adalah melakukan peperangan. Hal itu untuk menjamin keamanan perjalanan bagi para penziarah Masjidil Haram. Sebagaimana ayat selanjutnya: “Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka” (At-Taubah; 5). Di antara larangan berbuat zalim juga adalah berbuat maksiat. Dan para ulama mengambil istinbath dari dalil itu, bahwa boleh melipatgandakan diat (hukuman denda) dengan tambahan sepertiga atas tindakan pembunuhan yang dilakukan di bulan-bulan haram.

Di antara syiar memuliakan bulan-bulan haram –termasuk Rajab– adalah disunnahkannya puasa. Seperti dalam hadist yang diriwayatkan Abu Daud, dari Mujibah al-Bahiliyah dari ayah atau pamannya berkata bahwa Nabi saw bersabda padanya setelah berbicara panjang: “Berpuasalah dari bulan haram dan tinggalkanlah” tiga kali, sambil memberiisyarat dengan tiga jarinya yang ditempelkannya dan direnggangkannya. Yang zhahir dari isyarat itu adalah untuk bilangan tiga kali bukan menunjukkan tiga hari.

Oleh karena itu amal sholeh (baik) yang dilakukan pada bulan Rajab memiliki pahala yang besar seperti pada bulan haram lainnya. Di antaranya puasa di hari pertama sama pahalanya puasa di hari terakhir. Ibnu Hajar berkata: “Sesungguhnya bulan Rajab tidak ada hadits khusus yang menerangkan tentang keutamaan puasa di dalamnya, baik hadist shohih maupun hadist hasan.”

Di antara hadits dhoif (lemah) tentang puasa Rajab adalah: “Sesungguhngnya di surga itu ada sungai yang disebut dengan Rajab. Airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu. Barangsiapa berpuasa satu hari dari bulan Rajab, maka Allah akan memberi minum padanya”

Juga hadits: “Barangsiapa berpuasa satu hari di bulan Rajab maka seperti berpuasa sebulan. Barangsiapa berpuasa tujuh hari maka ditutup baginya tujuh pintu. Barangsiapa yang berpuasa delapan hari maka dibukakan baginya delapan pintu surga. Barangsiapa berpuasa sepuluh hari maka segala keburukannya diganti dengan kebaikan-kebaikan.”

Ada pula hadits panjang tentang keutamaan puasa di hari-hari Rajab. Di tengah hadits disebutkan “Rajab adalah bulan Allah, Sy’aban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan umatku”. Ada yang menyebutkan hadits ini adalah maudhu’ (palsu). Dalam kitab al-Jami’ al-Kabir karya Imam al-Suyuthi bahwa hadist itu riwayat abi al-Fath bin Abi al-Fawaris dalam ceritanya dari hasan; adalah hadist Mursal (tidak sampai pada Nabi)

Di antara hadits-hadit yang ghoiru maqbulah (tidak dapat diterima sebagai dalil) tentang keutamaan sholat khusus di bulan Rajab adalah: “Barangsiapa sholat maghrib di malam pertama dari bulan Rajab kemudian setelah itu sholat sebanyak dua puluh rakaat, dan dia membaca disetiap rakaatnya al-Fatihah dan Qul huwallahu ahad (al-ikhlas) dan sepuluh kali salam, maka Allah akan menjaga jiwa, keluarga, harta dan anaknya, dan diselamatkan dari siksa kubur, serta dapat melewati shirot seperti kilat dan hisab dan azab.” Hadits ini adalah hadits maudhu’ (palsu)

Ibnu Hajar dalam risalah ini juga menyebutkan suatu pasal yang mengutip hadits-hadits yang melarang berpuasa seluruh bulan Rajab, Lalu Ibnu hajar berkata: larangan ini ditujukan kepada orang yang berpuasa di bulan Rajab karena mengagungkan perkara Jahiliyah. Tapi jika ia berpuasa Rajab dengan tujuan puasa secara sembarang tanpa menjadikannya sebagai kewajiban, atau tanpa mengkhususkan hari-hari tertentu untuk melazimkan (muwazhobah) berpuasa, atau tanpa megkhususkan malam-malam tertentu untuk qiyamullail dengan meyangka bahwa itu sunnah, maka perbuatan itu adalah yang dikecualikan dan boleh dilakukan. Jika ia mengkhususkan hal itu atau menjadikannya suatu keharusan maka hal itu dilarang. Dan itu masuk dalam larangan hadist Nabi SAW: “Janganlah mengkhususkan hari Jum’at dengan berpuasa juga malamnya denga qiyam” (HR: Muslim). Dan jika ia meyakini bahwa puasa Rajab atau puasa dari Rajab itu adalah lebih utama (afdhol) dari puasa lainnya, maka hal ini perlu ditinjau kembali. Dan Ibnu Hajar lebih cenderung melarangnya.

Dan dinukil dari Abu Bakar al-Thorthusyi dalam kitab “Al-Bida’ wa al-Hawadits” bahwa puasa Rajab itu dimakruhkan berlandaskan tiga sisi. Salah satunya: jika kaum muslim mengkhususkan Rajab dengan berpuasa di setiap tahunnya-seperti yang diyakini orang awam– maka mestinya hukumnya wajib seperti bulan Ramadhan, atau sunnah seperti sunah lainnya, atau karena puasa di Rajab lebih dikhususkan dari bulan lainnya dalam hal pahala puasa. Jika demikian, maka mestinya Nabi saw telah menjelaskannya. Ibnu Duhaiyah berkata; Puasa adalah perbuatan baik, bukan karena keutamaan bulan Rajab karena Umar melarang hal itu. Selesai apa yang dinukil dari Ibnu Hajar.

Demikianlah, saat ini manusia terutama kaum wanita bersungguhn-sungguh berziarah kubur di jum’at pertama bulan Rajab yang tidak memiliki dasar apapun dari agama. Tidak ada pahala lebih besar dari puasa berziarah di hari-hari lain.

Yang terbaik di dalam bulan Rajab ini adalah agar kita mengingat akan peristiwa-peristiwa bersejarah yang terjadi di bulan Rajab, seperti peristiwa perang Tabuk agar kita dapat mengambil ibrah (pelajaran). Kita juga mengingat pembebasan al-Quds oleh Sholahuddin al-Ayyubi dari tangan kaum Salibis (terjadi pada Rajab 583 H/1187 M) agar kaum Muslimin dan bangsa Arab bersatu membersihkan Masjidil Aqsha dari tangan penjajah. Kita juga mengingat akan peristiwa Isra dan Mi’raj untuk mengambil faedah dari peristiwa itu. Atau mengingat peristiwa apapun yang terjadi di bulan Rajab yang sekiranya dapat bermanfaat untuk kaum muslimin.

Ditulis oleh H. Muhammad Jamhuri, Lc

23 Juni 2009

Keputusan bersama: terima atau tolak?

Sepeninggal Rasulullah, kamu muslimin terguncang dan kebingungan akan keberlangsungan Islam. Bahkan Umar bin Khotob maju ke depan sambil menghunuskan pedangnya seraya mengancam akan membunuh siapa saja yang mengatakan Rasulullah telah wafat. Umar histeris dan mengatakan bahwa beliau tidak meninggal, hanya pergi sebentar menemui Allah dan akan kembali kepada umatnya, seperti yang terjadi ketika Nabi Musa bin Imran yang pergi meninggalkan kaumnya dan kembali lagi setelah 40 hari.Melihat kondisi yang genting ini, Abu Bakar dengan lantang berkata
“Siapa saja yang menyembah Muhammad maka ketahuilah bahwa Muhammad telah tiada. Dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah itu hidup dan tidak akan pernah mati.”

Kemudian Abu Bakar membacakan Surat Ali ‘Imran ayat 144 yang artinya:

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berpaling ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”

Mendengar perkataan Abu Bakar, menangislah Umar dan kaum muslimin. Berkatalah Umar, "Ya Abu Bakar, aku hafal ayat tersebut." Kaum muslim menyadari bahwa Rasulullah telah tiada.
***
Kebanyakan manusia tidak sabar dan selalu ingin melihat hasil dengan cepat. Namun ketika hasil telah di depan mata, dengan mudahnya manusia mengkritisi, mengeluh, menyesalkan..
Ta'arif, takwin, tanfidz. Pengenalan, pembentukan, dan pelaksanaan. Tiga fase yang harus dilewati dalam dakwah. Di fase tanfidz-lah komitmen seseorang akan dibuktikan. Memang menerima sebuah keputusan bersama, apalagi yang tidak kita ketahui pertimbangan yang melatarbelakangi keputusan tersebut tidak kita ketahui, memang sangat berat. Namun, tidak semua pertimbangan yang menjadikan keputusan harus diketahui seluruh pihak. Contohlah sahabat sepeninggal Rasulullah. Ketika kekhalifahan Abu Bakar ra. Umar bin Khatab mengusulkan pada Abu Bakar untuk membukukan Alquran. Sebuah keputusan yang sangat sulit karena selama Rasulullah masih ada, tidak pernah disebutkan mengenai pembukuan Al quran. Sebuah pilihan yang amat sulit diterima bagi Abu Bakar.
***
Mengelola Ketidaksetujuan Terhadap Hasil Syuro (M. Anis Matta dalam Menikmati Demokrasi)

"Perbedaan adalah sumber kekayaan dalam kehidupan berjamaah. Mereka yang tidak bisa menikmati perbedaan itu dengan cara yang benar akan kehilangan banyak sumber kekayaan. Dalam ketidaksetujuan itu sebuah rahasia kepribadian akan tampak ke permukaan: apakah kita matang secara tarbawi atau tidak?"

Rasanya perbincangan kita tentang syuro tidak akan lengkap tanpa membahas masalah yang satu ini. Apa yang harus kita lakukan seandainya tidak menyetujui hasil syuro? Bagaimana "mengelola" ketidaksetujuan itu?
Kenyataan seperti ini akan kita temukan dalam perjalanan dakwah dan pergerakan kita. Dan itu lumrah saja. Karena, merupakan implikasi dari fakta yang lebih besar, yaitu adanya perbedaan pendapat yang menjadi ciri kehidupan majemuk.
Kita semua hadir dan berpartisipasi dalam dakwah ini dengan latar belakang sosial dan keluarga yang berbeda, tingkat pengetahuan yang berbeda, tingkat kematangan tarbawi yang berbeda. Walaupun proses tarbawi berusaha menyamakan cara berpikir kita sebagai dai dengan meletakkan manhaj dakwah yang jelas, namun dinamika personal, organisasi, dan lingkungan strategis dakwah tetap saja akan menyisakan celah bagi semua kemungkinan perbedaan.
Di sinilah kita memperoleh "pengalaman keikhlasan" yang baru. Tunduk dan patuh pada sesuatu yang tidak kita setujui. Dan, taat dalam keadaan terpaksa bukanlah pekerjaan mudah. Itulah cobaan keikhlasan yang paling berat di sepanjang jalan dakwah dan dalam keseluruhan pengalaman spiritual kita sebagai dai. Banyak yang berguguran dari jalan dakwah, salah satunya karena mereka gagal mengelola ketidaksetujuannya terhadap hasil syuro.
Jadi, apa yang harus kita lakukan seandainya suatu saat kita menjalani "pengalaman keikhlasan" seperti itu?

Pertama, marilah kita bertanya kembali kepada diri kita, apakah pendapat kita telah terbentuk melalui suatu "upaya ilmiah" seperti kajian perenungan, pengalaman lapangan yang mendalam sehingga kita punya landasan yang kuat untuk mempertahankannya? Kita harus membedakan secara ketat antara pendapat yang lahir dari proses ilmiah yang sistematis dengan pendapat yang
sebenarnya merupakan sekedar "lintasan pikiran" yang muncul dalam benak kita selama rapat berlangsung. Seandainya pendapat kita hanya sekedar lintasan pikiran, sebaiknya hindari untuk berpendapat atau hanya untuk sekedar berbicara dalam syuro. Itu kebiasaan yang buruk dalam syuro. Namun, ngotot atas dasar lintasan pikiran adalah kebiasaan yang jauh lebih buruk. Alangkah menyedihkannya menyaksikan para duat yang ngotot mempertahankan pendapatnya tanpa landasan ilmiah yang kokoh.
Tapi, seandainya pendapat kita terbangun melalui proses ilmiah yang intens dan sistematis, mari kita belajar tawadhu. Karena, kaidah yang diwariskan para ulama kepada kita mengatakan, "Pendapat kita memang benar, tapi mungkin salah. Dan pendapat mereka memang salah, tapi mungkin benar."

Kedua, marilah kita bertanya secara jujur kepada diri kita sendiri, apakah pendapat yang kita bela itu merupakan "kebenaran objektif" atau sebenarnya ada "obsesi jiwa" tertentu di dalam diri kita, yang kita sadari atau tidak kita sadari, mendorong kita untuk "ngotot"? Misalnya, ketika kita merasakan perbedaan pendapat sebagai suatu persaingan. Sehingga, ketika pendapat kita ditolak, kita merasakannya sebagai kekalahan. Jadi, yang kita bela adalah "obsesi jiwa" kita. Bukan kebenaran objektif, walaupun "karena faktor setan" kita mengatakannya demikian.
Bila yang kita bela memang obsesi jiwa, kita harus segera berhenti memenangkan gengsi dan hawa nafsu. Segera bertaubat kepada Allah swt. Sebab, itu adalah jebakan setan yang boleh jadi akan mengantar kita kepada pembangkangan dan kemaksiatan. Tapi, seandainya yang kita bela
adalah kebenaran objektif dan yakin bahwa kita terbebas dari segala bentuk obsesi jiwa semacam itu, kita harus yakin, syuro pun membela hal yang sama. Sebab, berlaku sabda Rasulullah saw., "Umatku tidak akan pernah bersepakat atas suatu kesesatan." Dengan begitu kita
menjadi lega dan tidak perlu ngotot mempertahankan pendapat pribadi kita.

Ketiga, seandainya kita tetap percaya bahwa pendapat kita lebih benar dan pendapat umum yang kemudian menjadi keputusan syuro lebih lemah atau bahkan pilihan yang salah, hendaklah kita percaya mempertahankan kesatuan dan keutuhan shaff jamaah dakwah jauh lebih utama dan lebih
penting dari pada sekadar memenangkan sebuah pendapat yang boleh jadi memang lebih benar. Karena, berkah dan pertolongan hanya turun kepada jamaah yang bersatu padu dan utuh. Kesatuan dan keutuhan shaff jamaah bahkan jauh lebih penting dari kemenangan yang kita raih dalam peperangan. Jadi, seandainya kita kalah perang tapi tetap bersatu, itu jauh lebih baik daripada kita menang tapi kemudian bercerai berai. Persaudaraan adalah karunia Allah yang tidak tertandingi setelah iman kepada-Nya.
Seandainya kemudian pilihan syuro itu memang terbukti salah, dengan kesatuan dan keutuhan shaff dakwah, Allah swt. dengan mudah akan mengurangi dampak negatif dari kesalahan itu. Baik dengan mengurangi tingkat resikonya atau menciptakan kesadaran kolektif yang baru yang mungkin tidak akan pernah tercapai tanpa pengalaman salah seperti itu. Bisa juga berupa mengubah jalan peristiwa kehidupan sehingga muncul situasi baru yang memungkinkan pilihan syuro itu ditinggalkan dengan cara yang logis, tepat waktu, dan tanpa resiko. Itulah hikmah Allah swt. sekaligus merupakan satu dari sekian banyak rahasia ilmu-Nya.
Dengan begitu, hati kita menjadi lapang menerima pilihan syuro karena hikmah tertentu yang mungkin hanya akan muncul setelah berlalunya waktu. Dan, alangkah tepatnya sang waktu mengajarkan kita panorama hikmah Ilahi di sepanjang pengalaman dakwah kita.

Keempat, sesungguhnya dalam ketidaksetujuan itu kita belajar tentang begitu banyak makna imaniyah: tentang makna keikhlasan yang tidak terbatas, tentang makna tajarrud dari semua hawa nafsu, tentang makna ukhuwwah dan persatuan, tentang makna tawadhu dan kerendahan hati, tentang cara menempatkan diri yang tepat dalam kehidupan berjamaah, tentang cara kita memandang diri kita dan orang lain secara tepat, tentang makna tradisi ilmiah yang kokoh dan kelapangan dada yang tidak terbatas, tentang makna keterbatasan ilmu kita di hadapan ilmu Allah
swt yang tidak terbatas, tentang makna tsiqoh (kepercayaan) kepada jamaah.
Jangan pernah merasa lebih besar dari jamaah atau merasa lebih cerdas dari kebanyakan orang. Tapi, kita harus memperkokoh tradisi ilmiah kita. Memperkokoh tradisi pemikiran dan perenungan yang mendalam. Dan pada waktu yang sama, memperkuat daya tampung hati kita terhadap beban
perbedaan, memperkokoh kelapangan dada kita, dan kerendahan hati terhadap begitu banyak ilmu dan rahasia serta hikmah Allah swt. yang mungkin belum tampak di depan kita atau tersembunyi di hari-hari yang akan datang.

Perbedaan adalah sumber kekayaan dalam kehidupan berjamaah. Mereka yang tidak bisa menikmati perbedaan itu dengan cara yang benar akan kehilangan banyak sumber kekayaan. Dalam ketidaksetujuan itu sebuah rahasia kepribadian akan tampak ke permukaan: apakah kita matang secara tarbawi atau tidak?

21 Juni 2009

menguntai kata

menguntai kata. saat ini, itulah yang kulakukan. menguntai kata bisa membuatku berfikir, merasa, mengingat.. saat ini yang ingin kulakukan dengan untaian kataku adalah menajamkan kepekaan perasaan, gundah gulana, dan sebuah senyuman.

matahari tenggelam bergantikan bulan. siang yang cerah berganti malam yang temaram. di sini aku menggerakkan tangan. menorehkan tinta di selembar kertas. mencurahkan rasa yang ada di pikiran.

duhai Tuhanku, aku tahu janji-Mu pasti, meski masih berselaput misteri. aku tahu hamba-hambamu yang baik akan mendapatkan pula yang baik. sekarang aku sedang mempersiapkan diri duhai Tuhan. sampai saat itu tiba aku akan terus memperbaiki diri. biarkanlah imamku datang membawa komitmen. sebuah perahu yang ia persiapkan untuk menjalani perjalanan panjang menuju tujuan akhir. kami berdua sedang mempersiapkannya ya Allah. dan jika kami siap, aku yakin akan segera Kau pertemukan.

duhai nahkodaku, siapkanlah dirimu. di sinipun aku sedang mempersiapkan diri. supaya perahu kita tidak terbalik terhempas ombak. agar layar kita tidak robek terhembus angin. supaya perahu kita bisa menampung banyak penumpang lain menuju tujuan akhir yang baik.

duhai hatiku, sesungguhnya janji Allah itu pasti. tetaplah persiapkan diri agar yang datang kepadamu adalah nahkoda yang baik, memiliki bekal yang cukup dan langkah yang efektif untuk mencapai tujuan.

di sini aku menguntai kata, mempersiapkan diri, dan mendapatkan senyuman.

19 Juni 2009

betawi-nese, apa kabarmu?

Anak betawi, ketinggalan jaman (katenye)
Anak betawi, gak berbudaye (katenye)

Ingat penggalan lirik di atas?
Ya benar. Soundtract sebuah sinetron komedi di era 90-an yang mengisahkan Si Doel, anak betawi yang babehnya peduli terhadap pendidikan anaknya. Saya jadi teringat dengan babeh saya. Sang babeh, ummh.. Babeh, ayah atau papa ya nyebutnya. Ayah saja, ya.. lebih berwibawa di telinga :D. Sebenarnya, adik-adik saya yang memanggil “ayah” pada papa. Sedangkan saya beserta kakak-kakak memanggilnya dengan sebutan “papa”. Kenapa? Karena sewaktu adik-adik saya lahir, papa udah berumur, jadi gak cocok dipanggil papa (huehue.. :P). Tapi kalo ibu, kami kompak memanggil “mama”. Begitulah. Back to topic. Saya jadi teringat dengan ayah. Beliau merupakan anak betawi tulen yang lahir dan sampai sekarang masih tinggal di tempat kelahirannya. Anak betawi, bisa dibilang seperti itu. Anak mungkin kurang tepat, karena sudah bukan anak-anak lagi. Hihihi.. Orang betawi.

Apa yang pertama kali terbersit ketika kata “betawi” muncul? Mungkinkah jadi teringat dengan komunitas yang meng-klaim dirinya betawi, sang pemilik Jakarta, yang sering berbuat onar? Mungkinkah terbersit dengan masyarakat yang terbelakang? Tidak berbudaya? Tidak berpendidikan? Ketinggalan jaman? Seperti penggalan lagu si Doel? Atau bahkan ada kah yang langsung mengatakan, "Hah? Orang betawi?? Emang masih ada?!"
Ck..ck.. Oo.. Sedih sekali hati ini jika memang demikian.

Populasi masyarakat betawi di Jakarta semakin lama semakin sedikit. Lahan-lahan tengah kota dimanfaatkan untuk pembangunan ibu kota. Pinggiran kota digempur dengan banyaknya pembangunan mall secara besar-besaran. Jadilah kaum asli Jakarta ini terpinggirkan (lokasinya). Dengan mudahnya lahan dijual, dengan pengelolaan keuangan kurang baik, hasil jual tanah raib seketika. Bahkan ada yang mengatakan bahwa orang betawi terkadang berpikiran pendek (jangan digeneralisir ya..). Ia mengatakan ini karena melihat fakta di lapangan: rumah beserta tanah yang besar sedikit demi sedikit habis karena berpindah hak milik agar barang-barang seperti motor, televisi bisa dimiliki. Ironisnya, kemudian mereka mengontrak rumah yang dahulu dimilikinya lantaran tidak adanya lagi yang bisa dijual. Prihatin.. Hei.. hei.. ini bukan melulu soal harta, namun ini masalah harga diri kesukuan (halah!).
Meskipun saya ini gak betawi-betawi amat, saya bangga dengan image positif masyarakat betawi: senang mengaji, agamis, baju wanitanya pun baju kurung plus kerudung di kepala, amat terbuka dengan perubahan yang ada, senang hati menerima pendatang. Budaya betawi juga (katanya) merupakan perpaduan dari berbagai budaya. Bisa dilihat dari pakaian maupun bahasa (misalnya baju pengantin yang ada pengaruh arab, panggilan ncang ncing pengaruh kebudayaan cina), dan lain-lain. Selain itu, orang betawi akrab satu sama lain. Saking akrabnya, setiap ada orang yang lewat depan rumah selalu diteriakin sama si empunya rumah, "Wooii.. mampiiir."
Senang melihat keluarga kalau lagi pada kumpul (keluarga yang udah bapak-bapak ibu-ibu maksudnya), misalnya waktu lebaran. Ada aja istilah-istilah betawi yang belum pernah didenger. Sayang sekali kalau kebudayaan betawi lama-lama tergusur (Nama, dialek, pengetahuan kebudayaan, dll). Bahkan, bagi saya yang gak betawi-betawi amat (sebelah budik, kidul aja aye ampe sekarang kagak ngarti!) merasa sayang bila kebudayaan betawi terpinggirkan. Sayang sekali kalau budaya ini tidak dilestarikan. Apalagi jika lahan di tanah jayakarta ini ditinggalkan.
Belajar dari Si Doel, ah tokoh yang nyata sajalah, Ayah saya, para betawi-nese (hehe..) harus memiliki tujuan jangka panjang. Misalnya, terbuka dengan pendidikan. Meskipun harus berhutang sana-sini, bahkan jika terpaksa menjual tanah :D pendidikan harus nomer satu. Pendidikan agama maupun pendidikan duniawi (apalah istilahnya) untuk menjalankan hidup. Selain itu, setiap akan bertindak jangan lupa pikirkan masa depan. Tidak ada salahnya berencana, meskipun hasil akhir tetap hak Allah. Berusaha dan mau besusah-susah. Ya betawi-nese, mari berjuang dan berusaha sama-sama. There is a will, there is a way.
So, Betawi-nese, apa kabarmu?
Alhamdulillah, Luar Biasa, Allahu Akbar!!
Dutsur Ilahi:
“Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” At-Taubah (9): 105

Bersungguh-sungguh berusaha:
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” Ar-Ra’d (13): 11

*Tidak bermaksud sara maupun mengeyampingkan ukhuwah islamiyah
*Tulisan tidak seberapa dari seorang manusia biasa ^^

17 Juni 2009

Tanggapan atas Dian Atika's Corner: Ngekos Bareng Enny Sophia

Bacalah postingan Dian yang berjudul Dian Atika's Corner: Ngekos Bareng Enny Sophia ini.
Postingan tersebut merupakan salah satu postingan yang menurut saya lucu dan keren. Mengingatkan masa-masa kuliah yang ternyata asyik untuk dikenang.
Memang nge-kost di Pondok Putri, milik Abi dan Umi termasuk murah dan lingkungannya sangat kondusif. Si Umipun termasuk picky dalam meng-approve seseorang untuk menyewa kamar kost-nya. Hal ini demi perkembangan anak-anaknya. Okelah, mi! :)
Ya.. ya.. saya memang cenderung santai, dan dian itu memang terlalu banyak aturan. Jadi wajar saja bila saya mengatakan dian itu cerewet. Saya gak nyangka ternyata Dian juga nge-post juga kebiasaan saya yang mudah pulas. Apalagi kalo sudah bersentuhan dengan tempat tidur dan bantal. Pernah di kamar kost putri, pas main waktu siang. Saya gak sengaja ketiduran di tempat tidurnya, padahal yang lain lagi pada asyik diskusi formulasi tablet. Whueeehe.. Meskipun pelor, istilah Dian, kadang saya suka kebangun waktu malam. Saya suka ngeri sama teman sekamar saya ini karena ia acapkali mengigau dalam tidurnya. Coba bagaimana rasanya melihat orang yang sedang tidur pulas bicara? Ngeri kan?
Oh iya, Dian inget aja sama tetangga sebelah yang sangat istimewa: Yuni dan Rina. Kami memang punya aktivitas yang hampir sama. Namun, manajemen kamar yang berbeda. Maklum saja, ada manager kamar saya sangat bawel :P. Ya, memang tidak perlu password dan user id untuk mengakses kamar tetangga kami. Namun tetap kok ada adab tok ketok pintu untuk mengakses kamar satu dan lainnya.
Hihihi.. yang paling lucu cerita Dian mengenai Penghuni Gelap Tetap. Lebaaayyy pisan.. Hmm.. jadi kangen masa-masa itu.. Ya.. ya.. memang belajar sampe lewat tengah malam sambil terus berisik.
"Saking ribut-ributnya kita, si umi dan abi pemilik kosan merasa terganggu, pintu kami pun diketuk. Wah, ga peka amat ya kita waktu itu padahal kan si Umi baru punya baby."
Huahahaha.. Rupanya Dian gak tahu siapa dalang di balik peristiwa pengetukan pintu ini. Tenang saudari Dian! Bukan umi atau abi yang ngetuk pintu kost kita, melainkan tetangga kita yg istimewa:
R I N A ! !
Rina di balik pintu tertawa puas sewaktu kita semua pada diam dan kamar menjadi hening sesaat setelah dia mengetuk-ngetuk pintu. Selanjutnya, berdasarkan pengakuan saudari Rina, di berjingkat-jingkat masuk ke kamarnya lagi supaya tidak ketahuan para pembuat gaduh. Huahaha.. padahal kita semua yang ada di dalam kamar sudah merasa bersalah dan gak enak. Akhirnya dari pada ribut, kita pada langsung tidur (lho.. ato saya aja ya yg tidur?:D).
Dian.. Dian.. sampe2 yg masalah kerokan itu di-posting juga lagi! Ck..ck... ingatanmu memang sungguh kuat (terutama untuk hal yang gak penting, Dian pernah bilang sendiri kan??).
"Berakhirlah rumah tangga saya dan enny."
Hmm.. hm.. No comment :P
Demikian tanggapan saya atas postingan yang dilakukan saudari Dian. Hmmpphh.. Kangen sama kalian
semua..

16 Juni 2009

di Farmasi ada Dian


Wew.. Gak salah judul, tu??
Terkadang saya memang cukup kesulitan untuk menentukan judul apa yang bagus (atau paling tidak sesuai) dalam sebuah tulisan. Ada penulis yang ngasi judul tulisan sebelum tulisannya selesai, ada pula yang baru memberi judul tulisan ketika tulisan tersebut sudah selesai dibuat. Judul di atas saya buat sebelum menuliskan postingan kali ini.
Kenapa saya memilih judul di atas? Karena banyak cerita tentang farmasi yang menarik untuk ditulis. Salah satu yang menarik adalah seseorang yang bernama Dian. Sesuai namanya yang berarti pelita atau cahaya (oleh-oleh dari meng-googling), dia ini punya semangat yang tak kunjung padam. Semoga sampai sekarang semangat berbuat baiknya tidak redup dan kehadirannya memang membawa cahaya kebaikan dan manfaat bagi orang di sekelilingnya.
***
Mengingat pertemuan pertama dengan dian, saya perlu mengambil kembali memori 6 tahun yang lalu. Saat ketika para mahasiswa baru sedang ber-euforia merayakan kelulusan spmb-nya. Para maba dengan senang dan tulus hati rela berpanas-panas di lapangan bundar (rotunda) untuk upacara 17 Agustus. Di lapangan berumput depan rektorat universitas kamilah saya bertemu Dian. Di lapangan luas tersebut, maba-maba dari seluruh fakultas berkumpul dan mengatur barisan. Beberapa maba berinisiatif mengatur dirinya sendiri supaya bisa baris tepat di bawah pohon, di barisan belakang agar silau dan panasnya matahari tidak begitu menyengat kulit. Di barisan inilah saya betemu dengan gadis berjilbab rapi yang bernama dian. Yang saya ingat, di awal pertemuan kami ia sempat melontarkan pertanyaan dengan wajah seriusnya (alis berkerut-kerut.. entahlah, mungkin kepanasan??)
"Rohis sekolahmu bagus gak?"
O o.. saya berhadapan sama akhwat tetua rohis di sekolahnya.
***
Proses pengenalan kampus kepada mahasiswa baru berlanjut. Berhubung saya dan Dian satu jurusan, dalam setiap prosesnya sengaja maupun tidak, kami selalu bertemu. Orientasi maba terkadang memakan sampai waktu sore. Maghrib bahkan. Pada suatu ketika, masih dalam suasana maba2an, orientasi fakultas baru selesai ketika sudah masuk waktu maghrib. Berhubung musholla fakultas kurang cukup besar menampung seluruh mahasiswanya dalam waktu bersamaan (ngantri panjang, baik wudhu maupun sholat) saya, dian dan 1 teman lagi: farid memutuskan untuk sholat di mesjid universitas. Mesjid Ukhuwah Islamiyah namanya. Mesjid universitas kami bisa ditempuh dengan berjalan kaki melewati jalan yang cukup remang, danau dan pepohonan besar.
Sampai di mesjid yang suasananya sangat teduh dan nyaman itu, kami menunaikan kewajiban sekaligus mengistirahatkan tubuh dan fikiran dengan sholat. Setelah menyelesaikan urusan di mesjid, kami berjalan pulang melewati rangkaian pohon di sekeliling kampus. Malam beranjak naik. Malam itu angin berhembus cukup kencang. Tidak banyak mobil maupun motor yang lalu lalang.
Gelap, sepi dan dingin. Sebagai anak baru, jelas saya belum terbiasa dengan kondisi kampus di malam hari. Sebelum resmi menjadi mahasiswa, saya pernah mendengar cerita-cerita penampakan makhluk gaib di sekitar kampus. Brr.. Sambil mengobrol dengan Dian dan Farid ke jalan pulang, saya yang cemas dan dipenuhi kekhawatiran berusaha untuk tampak sewajarnya.
Tiba-tiba.
"Waaaarrrggghhh...!!!"
Deg. Saya bergidik.
Suara apa itu??!!
Ada yang teriak sambil lari!!
Otomatis, saya yang sudah dag dig dug ketar-ketir, lari kencang tungang langgang.
"Aihihihihi!!!!"
Duh suara apaan lagi tuh..? Huhu...
Beberapa detik kemudian,
"Ahahaha..haha.."
Hi..hh.. Ada yang tertawa di saat-saat seperti ini. Masya Allah.. Puas sekali rupanya sang penertawa sementara orang yang ditertawakan masih mengatur detak jantung dan mengembalikan wajah piasnya. O, ternyata si akhwat tetua rohis itu usil sekali..-_-
***
Waktu terus berjalan. Tidak terasa sudah satu semester dilalui. Mengingat semester berikut akan butuh banyak waktu di kampus, baik keperluan belajar maupun aktivitas lain, saya memutuskan untuk ngekos.
***
Dian. Ini nama teman sekamar saya. Setelah ngubek-ngubek daerah terdekat kampus kami: daerah kukusan, akhirnya didapatlah tempat kos yang cocok. Hmm.. cocok(?)
Dian. Di kosan saya mulai beradaptasi dan mengenalnya lebih jauh. Teman sekamar saya ini unik. Kadang saya berasa jadi anaknya karena dia ini agak mengekang kebebasan seseorang. Entah itu harus mandi jam sekian, belajar, ini, itu, pfhhhh. Cerewet. Ibu saya tidak pernah cerewet seperti Dian. Hehe..
Dian juga berperan jadi fasilitator belajar kami. Master. Suhu. Atau apalah sebutannya karena ia senang melafalkan kembali apa yang sudah dibacanya. Biasanya sebelum ujian, teman2 farmasi suka ngungsi ke kosan kami dan belajar bersama. Dian dengan gaya bossy-nya (duduk di tempat tidur sementara teman-teman yang lain duduk di lantei) memberikan kuliah umum pada kami secara cuma-cuma. Tapi belajarnya lompat-lompatan. Dari tema ini, eh lompat ke tema lain. Namun kami tetap senang hati mendengarkan. Kami belajar hingga larut malam, bahkan sampai masuk ke alam tidur (beuh, mantap!). Pernah suatu malam, ketika Dian telah tertidur, saya beserta sohib farmasi lain (a.l farid, inggit, rina, yuni) sedang mendiskusikan sebuah contoh soal. Eh, tiba-tiba dalam tidurnya si Master Dian mengoceh dan menjawab soal tersebut. Masih dengan mata terpejam dan tampak pulas! Kami terkagum-kagum dengannya karena jawabannya tepat! Hahaha.. Setelah itu, dia membalikkan tubuhnya mencari posisi tidur yang lebih nyaman. Ck.. ck.. manusia yang unik.
***
Di tengah sikapnya yang tegar, pantang menyerah dan terkesan kuat, rupanya sang pelafal istilah-istilah rumit gaya mahasiswa ini menyimpan hati yang sangat sensitif. Saya hampir tidak pernah melihatnya menangis selama 4 tahun mengenalnya. Dia bukan tipe wanita cengeng. Namun saya terkejut ketika melihatnya menangis karena 'kata-kata yang dianggapnya seperti silet' dari seorang saudari. Tahun terakhir di program sarjana. Antara ingin ketawa dan turut bersimpati melihatnya menangis. Apa sebabnya ia menangis? Karena ia sedih karena kata-kata salah seorang saudari kami yang menganggapnya telah membuat kesal saya, menindas saya.. yah intinya membuat saya teraniaya. Hahahaha..... Ya Allah.. Dian.. dian..
***
Ya Rabb, biarkanlah ukhuwah ini terus berlanjut..
kekalkanlah ikatannya, tunjukilah jalan-jalannya
terangilah dengan cahya-Mu yang tiada pernah padam
Jangan kau biarkan virus-virus ukhuwah menggerogoti jalinan ini
Bimbinglah kami..
For my lovely sisters: SA Farmasi 03

05 Juni 2009

welcome to the world, baby boys

Syukur alhamdulillah, telah lahir ke dunia dengan sehat walafiat 2 keponakan baru saya. Keduanya laki-laki. Hm.. Kira-kira satu setengah tahun lagi akan ada yang manggil saya ncing lagi, nih. Ncing itu panggilan orang Jakarte, betawi nih, untuk tante. Ada juga yang manggil ncek. Mungkin pengaruh kebudayaan Cina juga kali, ya.. Para bayi ini lahir dengan jarak waktu sekitar 4 hari.
Kembarkah para bayi ini? Tidak-tidak.. Di keluarga saya belum ada riwayat kembar, jadi peluang memperoleh kembar sangat kecil.
Jadi, 2 keponakan baru saya itu lahir dari ayah-ibu yang berbeda. Yang satu dari umi-abi, satu lagi anaknya ayah-bunda. Hehehe..
Yang satu normal, yang satunya lagi melalui operasi. Bayi yang satu sesuai tanggal prediksi, bayi satunya pingin cepat-cepat melihat dunia.
Subhanallah.. iihh..lucu deh ngeliat bayi-bayi itu.. Mukanya bersih-bersih, imut, hm.. Cucu-cucu si nenek dan kakek jadi pas, deh. 4 laki-laki dan 4 perempuan. Semoga semua menjadi anak-anak yg soleh, solehah, pinter, nurut sama mama-papa, ayah-bunda, umi-abi (nanti anak saya manggil saya apa, ya? :P), dan jadi penolong agama Allah. Amin.
Go, generasi harapan!
"halo om tante, namaku fairuz.. aku lahir kecepetan n di luar prediksi.. Waktu ummi-ku lagi nginep di rumah kakek nenek. Beratku 2,9 kg. Kecil, ya.. hehe aku kan masih bayi. Alhamdulillah kelahiranku berjalan lancar :)"


"Kalo aku Zaky. Anaknya bunda. Dua minggu sebelum aku lahir, masih dalam perut bunda, beratku cuma 2,3 kg. Kata dokter, beratku minimal harus 2,5 kg supaya aku tidak lahir dg kondisi BBLR (berat bayi lahir rendah). Ternyata, alhamdulillah pas aku lahir beratku malah 3 kg. Lebih besar dari Fairus, hehe.."