kaulah yang menaruh bintang
dalam mata, hati, dan genggamanku
kau tak pernah meninggalkanku
mungkin sesaat ak tak melihatmu di bawah matahari,
tapi ketika sampai pada malam
kau selalu di sana
menjelma pelita
di lorong paling gelap dan berdebu
sahabat
kaulah bintang sejati
yang tertawa, menangis, berjalan
dan tak henti berkelip
dalam langit hidupku
Puisi Abdurahman Faiz (2006) dalam bukunya Nadya Kisah dari Negeri yang Menggigil
hoho..kirain puisi kamu buat akyu :-p. bagus faiz tante dukung..halah apa coba..
BalasHapusBuat kamyu boleeeeh, tante diaan..
BalasHapusbaca tulisan ini jadi inget si peri malam n temen2nya, di..