Kemarin saya berkesempatan memberi penyuluhan tentang penggunaan obat bebas kepada ibu-ibu di salah satu arisan RT di kelurahan sebelah rumah. Sebenarnya undangan ini dadakan karena yang seharusnya ngasi pengarahan/ penyuluhan ini adalah apoteker lain. Berhubung beliau tidak bisa, jadilah saya yang dihubungi. Awalnya sempet ragu, bisa nggak ya saya? Ah, biar sajalah.. toh gak kenal ini sama ibu-ibu peserta arisannya.. hehe.. Rasa malu? Singkirkan saja dulu.
Dibilang penyuluhan sih gak juga, karena sifatnya jadi lebih mirip kayak ibu2 pengajian; duduk lesehan dalam suasana informal dan perut kenyang karena sebelumnya makan dulu. Dari ibu-ibunya sendiri mungkin baru tau ada toh profesi yang namanya apoteker. Hihi.. sedih amat. Jadi anggapan mereka itu, apoteker itu yang jualan obat. Mungkin apoteker musti keluar dari zona nyaman (emang selama ini nyaman?) dan menggalakkan pelayanan yang bersifat patient oriented. Ah, gak mau banyak omong kalo soal ini sih. Diri sendiri aja belum nerapin.
Balik ke tema penyuluhan obat bebas. Di sana saya menjelaskan mengenai penggolongan obat berdasarkan keamanannya dan tandanya, yaitu obat bebas, bebas terbatas, dan obat keras. Obat bebas yaitu obat yang bisa dibeli di pasaran, baik itu di warung, toko obat maupun apotek tanpa menggunakan resep dokter. Selain itu, saya sedikit nyerempet menjelaskan tentang DOWA, daftar obat wajib apotek, yaitu obat keras yang boleh dibeli tanpa resep dokter asalkan diberikan oleh apoteker di apotek. Mengenai narkotika tidak saya jelaskan.
Obat bebas dan bebas terbatas umumnya dimaksudkan untuk menghilangkan gejala, sebelum memutuskan untuk pergi ke dokter. Penyakitnya antara lain pusing, demam, dan batuk pilek. Alhamdulillah, waktu setengah jam gak kerasa. Ibu-ibunya juga berkenan mendengarkan ocehan-ocehan saya tentang obat. Mereka juga tanya-tanya, biasalah dengan gaya ibu-ibu tentang pusing, alergi, sakit gigi, sampe penggunaan jamu yang langsung cespleng.
Meskipun pekerjaan saya sekarang tidak terlalu bersentuhan dengan obat-obatan secara langsung, Alhamdulillah info mengenai pertanyaan ibu-ibu tersebut pernah saya baca. Selain itu, waktu kuliah pernah ngerjain tugas tentang bahan kimia obat yang terkadang dicampurkan ke dalam jamu (tugas waktu PKL di Badan POM). Pengalaman PKL di apotek dosen juga memberikan tambahan pengetahuan dalam menjawab karena sebagai anak PKL, saya sangat dibebaskan untuk mengeksplor apa-apa aja yang dikerjain di apotek tersebut. Wuah.. senangnya.. ilmu makin diberi, makin nambah. Semoga bermanfaat untuk semua.
Dibilang penyuluhan sih gak juga, karena sifatnya jadi lebih mirip kayak ibu2 pengajian; duduk lesehan dalam suasana informal dan perut kenyang karena sebelumnya makan dulu. Dari ibu-ibunya sendiri mungkin baru tau ada toh profesi yang namanya apoteker. Hihi.. sedih amat. Jadi anggapan mereka itu, apoteker itu yang jualan obat. Mungkin apoteker musti keluar dari zona nyaman (emang selama ini nyaman?) dan menggalakkan pelayanan yang bersifat patient oriented. Ah, gak mau banyak omong kalo soal ini sih. Diri sendiri aja belum nerapin.
Balik ke tema penyuluhan obat bebas. Di sana saya menjelaskan mengenai penggolongan obat berdasarkan keamanannya dan tandanya, yaitu obat bebas, bebas terbatas, dan obat keras. Obat bebas yaitu obat yang bisa dibeli di pasaran, baik itu di warung, toko obat maupun apotek tanpa menggunakan resep dokter. Selain itu, saya sedikit nyerempet menjelaskan tentang DOWA, daftar obat wajib apotek, yaitu obat keras yang boleh dibeli tanpa resep dokter asalkan diberikan oleh apoteker di apotek. Mengenai narkotika tidak saya jelaskan.
Obat bebas dan bebas terbatas umumnya dimaksudkan untuk menghilangkan gejala, sebelum memutuskan untuk pergi ke dokter. Penyakitnya antara lain pusing, demam, dan batuk pilek. Alhamdulillah, waktu setengah jam gak kerasa. Ibu-ibunya juga berkenan mendengarkan ocehan-ocehan saya tentang obat. Mereka juga tanya-tanya, biasalah dengan gaya ibu-ibu tentang pusing, alergi, sakit gigi, sampe penggunaan jamu yang langsung cespleng.
Meskipun pekerjaan saya sekarang tidak terlalu bersentuhan dengan obat-obatan secara langsung, Alhamdulillah info mengenai pertanyaan ibu-ibu tersebut pernah saya baca. Selain itu, waktu kuliah pernah ngerjain tugas tentang bahan kimia obat yang terkadang dicampurkan ke dalam jamu (tugas waktu PKL di Badan POM). Pengalaman PKL di apotek dosen juga memberikan tambahan pengetahuan dalam menjawab karena sebagai anak PKL, saya sangat dibebaskan untuk mengeksplor apa-apa aja yang dikerjain di apotek tersebut. Wuah.. senangnya.. ilmu makin diberi, makin nambah. Semoga bermanfaat untuk semua.
enny sekarang bs kasih penyuluhan... hebat pisan euy
BalasHapus