Tulisan lama yang tersimpan di blog friendster, sebelum akrab dengan blogspot :D (haha.. kemana aj bu??). Tertanggal 1 februari 2009. Tentang pengalaman baksos.
Sekitar 2 pekan yang lalu (11/01/09), Dewan Pimpinan Ranting sebuah partai dakwah mengadakan acara bakti sosial. Acara yang rutin diadakan ini berupa penjualan sembako bersubsidi, sosialisasi dan pendidikan politik, serta pelayanan kesehatan gratis. Seperti biasa, saya tak mau ketinggalan ikut acara ini. Dikarenakan farmasi sebagai background pendidikan formal, jadilah saya ditempatkan di bagian penerimaan dan pelayanan resep.
Sekitar 2 pekan yang lalu (11/01/09), Dewan Pimpinan Ranting sebuah partai dakwah mengadakan acara bakti sosial. Acara yang rutin diadakan ini berupa penjualan sembako bersubsidi, sosialisasi dan pendidikan politik, serta pelayanan kesehatan gratis. Seperti biasa, saya tak mau ketinggalan ikut acara ini. Dikarenakan farmasi sebagai background pendidikan formal, jadilah saya ditempatkan di bagian penerimaan dan pelayanan resep.
Setelah pembukaan acara, pembacaan tilawah, sambutan-sambutan tokoh masyarakat serta sosialisasi politik, kini saatnya dokter, tim pemeriksa kadar gula darah, apoteker, dan asisten apoteker beraksi. Keluhan pasien bermacam-macam. Mulai dari minta vitamin, pusing-pusing biasa, batuk pilek, asma, sampai yang diabetes dan hipertensi. Semua keluhan dilayani dengan ramah oleh dokter. Resep kemudian diberikan pada tim farmasi.
Berlembar-lembar resep dilayani. Berkantong-kantong obat diberikan kepada pasien yang membutuhkan. Setelah suasana mulai sepi, tiba-tiba, datang seorang ibu yang membawa sobekan kertas berisi tulisan dokter. Oh, rupanya masih ada pasien. Saya fikir pelayanan pasien sudah ditutup. Si ibu ini pasien terakhir, kehabisan kertas resep. Sambil melayani resep-resep yang tersisa, saya mengambil kertas tersebut dari ibu bertubuh ringkih itu. Melihat wajahnya, saya merasa… apa,ya.. iba, sayang, gak tega.. yah sejenis itu deh. Fokus kemudian beralih ke obat. Resep tidak dilayani seorang diri. Ada 2 orang termasuk saya. Resep si ibu tadi dilayani oleh rekan. Tak berapa lama, rekan menyerahkan kantong berisi obat. di situ tercantun nama. kemudian saya panggil nama yang tercantum di etiket.
“Ibu Fulanah”
Ibu yang ringkih tersebut mendekat.
“Ibu, ini obatnya, ya… (lupa apaan. kayaknya AINS, deh). Nanti diminum bla…bla..”
ibu itu mengangguk mengiyakan, tersenyum, kemudian pergi.
Tiba-tiba, rekanan farmasi di samping saya menyodorkan lagi kantong obat yang isinya anti diabetes atas nama Ibu Anu. Ketika disesuaikan dengan resep di sobekan kertas itu ternyata anti diabetes juga dengan nama Ibu Anu. Astaghfirullah!! Salah ngasi obat!! Rupanya obat yang tadi diberikan ke ibu tersebut adalah obat milik pasien lain (Ibu Fulanah) yang tidak berada di tempat. Jadi tidak mendengar ketika kami memanggilnya.
Panik menjalar tiba-tiba!
Lari!
Cari!
Temukan orangnya!
Gak ada!!
Sedikit mengatur emosi, kusapukan pandangan ke sekeliling.
Ketemu, ketemu!!! Itu ibunya!! Alhamdulillah!!!
“Ibu namanya Ibu Anu,ya?”
“Iya”
“Maaf ibu, tadi yang saya panggil Ibu Fulanah. Yang Ibu bawa itu obatnya Bu Fulanah. Ini obat Ibu..”, sambil menyerahkan obat yang seharusnya dan mengambil obat yang bukan seharusnya.
Tidak berapa lama, datanglah si Ibu Fulanah mengambil obatnya.
pfffuh, selesai masalah.
Lega, bahkan dokternya ikut lega. Bagaimana kalau si ibu tersebut sudah tidak di tempat? Bisa kejadian obat tidak rasional karena obat tidak tepat indikasi.
Apapun itu, setiap kejadian harus diambil hikmahnya. lain kali, kalo nyebutin nama, harus keras suaranya. Pastikan nama tersebut adalah orang yang dimaksud, kalau perlu, pastikan umur dan alamatnya. Selain itu, kalo ngasi obat, sambil cek di resepnya. Pastikan jumlah dan obat yang dimaksud sesuai dengan yang di resep. Jadi intinya: teliti!!
Moga kejadian tersebut gak terulang lagi…
Ibu yang ringkih tersebut mendekat.
“Ibu, ini obatnya, ya… (lupa apaan. kayaknya AINS, deh). Nanti diminum bla…bla..”
ibu itu mengangguk mengiyakan, tersenyum, kemudian pergi.
Tiba-tiba, rekanan farmasi di samping saya menyodorkan lagi kantong obat yang isinya anti diabetes atas nama Ibu Anu. Ketika disesuaikan dengan resep di sobekan kertas itu ternyata anti diabetes juga dengan nama Ibu Anu. Astaghfirullah!! Salah ngasi obat!! Rupanya obat yang tadi diberikan ke ibu tersebut adalah obat milik pasien lain (Ibu Fulanah) yang tidak berada di tempat. Jadi tidak mendengar ketika kami memanggilnya.
Panik menjalar tiba-tiba!
Lari!
Cari!
Temukan orangnya!
Gak ada!!
Sedikit mengatur emosi, kusapukan pandangan ke sekeliling.
Ketemu, ketemu!!! Itu ibunya!! Alhamdulillah!!!
“Ibu namanya Ibu Anu,ya?”
“Iya”
“Maaf ibu, tadi yang saya panggil Ibu Fulanah. Yang Ibu bawa itu obatnya Bu Fulanah. Ini obat Ibu..”, sambil menyerahkan obat yang seharusnya dan mengambil obat yang bukan seharusnya.
Tidak berapa lama, datanglah si Ibu Fulanah mengambil obatnya.
pfffuh, selesai masalah.
Lega, bahkan dokternya ikut lega. Bagaimana kalau si ibu tersebut sudah tidak di tempat? Bisa kejadian obat tidak rasional karena obat tidak tepat indikasi.
Apapun itu, setiap kejadian harus diambil hikmahnya. lain kali, kalo nyebutin nama, harus keras suaranya. Pastikan nama tersebut adalah orang yang dimaksud, kalau perlu, pastikan umur dan alamatnya. Selain itu, kalo ngasi obat, sambil cek di resepnya. Pastikan jumlah dan obat yang dimaksud sesuai dengan yang di resep. Jadi intinya: teliti!!
Moga kejadian tersebut gak terulang lagi…
hmm tanggal itu hari ultah mamahku loh :D
BalasHapusternyata jd anak farmasi itu memang harus teliti ya
eh btw, koq daku tak punya friendster enny.
BalasHapusmau doung.
Si mpok ini ada2 aja, udah cape2 lari masih sempet2nya ngatur emosi.. dah gitu nyapu lagi..apa ga tambah cape ? :)>
BalasHapuswah.. tgl 11/01 ya.. met ultah ya mamany lia..
BalasHapusyah, friendster mah gak pernah diurusin, li.. (bikin krn terpaksa).
ini soal tanggung jawab, pak. bisa panjang urusan klo gak pke nyapu :apa si:
En, aku paham tuh kondisinya, baksos kaya gtu emang cukup menguras energi, jadi bisa aja kejadian kaya yang enny alami. Alhamdulillah semua teratasi dengan baik... Pas baca yang bagian enny lari2 & nyapu itu serasa lagi nonton film action lho. hehehe...
BalasHapusiya, alhamdulillah bgt, ik..
BalasHapusdag dig dug tuh pas obatnya ketuker n si ibu dah gak di tempat..
wah, pemeran film actionnya ak, gtu? hehe