Pages

02 November 2009

Kepada Sang Peri Malam

Malam ini bulan sungguh indah.
Tidak ragu menerangi gelapnya malam.
Dengan gagah memantulkan silaunya mentari.

Jika langit telah gelap dan bulan telah muncul, biasanya ia akan datang.
Yang bertugas di malam hari. Membawa sekantung pasir kantuk, untuk kemudian disebarkan ke penjuru negeri. Terbang dengan mengepakkan sepasang sayapnya yang kecil.



Duhai peri malam, di manakah dirimu?
Kurindu celotehmu.
Celoteh yang memberi warna duniaku.
Tidak lagi hitam dan putih.
Kau memberi warna merah, kuning, biru. Meskipun kontras dan tidak beratur, namun kumenikmatinya.
Duhai peri malam, di manakah dirimu?
Sang bulan telah menampakkan wajahnya.
Ku ingin melihat senyummu,
Kepak sayapmu yang kecil,
Lakumu yang gesit berputar-putar dengan kantung pasirmu yang penuh.
Duhai peri malam,
Sebelum langit gelap, angin berbisik pada sang rembulan.
Membisikkan pesan penuh sesal.
Atas kekurangpekaannya pada sang peri malam yang selalu mewarnai harinya.
Angin terlalu tidak peduli.
Ia lupa bertugas karena merasa tidak terlihat.
Kacau.
Siklus tidak berjalan. Angin menyesal akan perbuatannya.
Duhai peri malam, tampakkanlah wajahmu.
Bulan, bintang, angin, bahkan ikan di lautan rindu celotehmu.
Dan pasir kantukmu.
Di sini, angin bertekad tidak lagi mengabaikanmu, peri malam.
Dan purnama tertutup awan.
Angin berhembus perlahan.
Malam temaram. Kantuk mulai tak tertahan.
Selamat datang kembali, peri malam..

10 komentar:

  1. Duhai peri malam tampakkanlah wajahmu
    Namun jangan kau tebar pasir kantukmu
    Biar kunikmati wajahmu terlebih dahulu..

    BalasHapus
  2. om, daripada menikmati wajah peri malam, mendingan tiduuurr :p

    angin masih ingin menyampaikan maaf kepada peri malam karena ia tidak berhembus..

    BalasHapus
  3. hooo bulan kenapa kau merasa menjadi angin ya??
    sebenarnya peri malam ingin menumpahkan amarahnya pada bulan sahabat terdekatnya
    dia ingin bulan mengerti betapa salah informasi ttg angin membuat peri malam berbuat sia-sia
    padahal bulan bisa dengan mudah mengkonfirmasi info tersebut dari awalnya

    Tapi peri malam terlalu sayang pada bulan
    sudah yuk bulan kita lanjutkan kehidupan..
    dengan senang..
    dengan bahagia..
    tidak usah sedih...
    ataupun merasa menyesal dan bersalah...

    cheerss..

    --kehilangan kata2 puitis--

    BalasHapus
  4. Hiks, semakin sedih..
    Peri malam, sungguh hatimu amat baik..

    BalasHapus
  5. HALLO HOW ARE YOU....

    MALAM INI PERI MALAM KEMUNGKINAN BESAR TIDAK AKAN BERTANDANG KE BUMI LAGI....
    KARENA MALAM INI BAKALAN SEPANAS KEMARIN...

    KECUALI, KITA BISA MEMBUJUK PERI MALAM UNTUK MENDATANGI PERI AWAN DAN HUJAN, DAN MENDESAKNYA UNTUK SEGERA MEMBERI AIR HUJAN YANG SEJUK KE MUKA BUMI INI, AGAR SEGERA TUMPAH KESEJUKAN, TERUTAMA UNTUK JOGJA DAN SEKITARNYA. UDARA SUDAH BEGITU PANAS, HUJAN SUDAH TAK BISA DITUNDA LAGI...

    AMIEN...SEMOGA PERI HUJAN MENDENGAR DOA KITA BERSAMA...SEHINGGA HUJAN SEGERA TURUN DAN MENYEJUKKAN AKHIR PEKAN YANG INDAH....AMIEN!
    KOMEN SAYA INI TIDAK KARUAN HE..HE.HE..

    BalasHapus
  6. peri malam. aku menyambangimu di larut malam.

    BalasHapus
  7. mb pelangi: ahamdulillah hujan telah turun.. deras. peri hujan menunaikan tugasnya dengan sempurna, bahkan peri mati lampu pun bertugas dengan amat sangat rajin. wkwkw.

    ivan: Peri malam berkata, "oh bagaimana bisa? Rupanya pasir kantukku kurang banyak ya untuk membuatmu tertidur?"

    BalasHapus
  8. met pagi peri malam..:) salam kenal yach..

    BalasHapus
  9. enny...baru baca lagi nie main2an peri malam..:)koq eike lupa ye?

    BalasHapus