Pages

08 November 2010

Tertiup angin

Memang menyakitkan jika harapan yang telah tertanam di hati tiba-tiba hilang dalam waktu sesaat, dipatahkan oleh realita hidup yang tidak bisa dielakkan. Berharap sesuatu yang besar dan ideal.. Tapi, ketika angin bertiup: PfuuhHH!! Harapan itu hilang dalam sekejap!

Kecewa? Itu pasti..

Apalagi berhubungan dengan manusia..

Tidak bisa tidak: berhubungan dengan manusia ~ berhubungan dengan kekecewaan.

Jangankan antar manusia, terhadap diri sendiripun, rasa kecewa kerap muncul. Kecewa karena tidak bisa konsisten menjalankan apa yang sudah direncanakan, lupa pada janji-janji yang dibuat, bahkan menjadi ironi ketika diri menertawakan janji pada diri sendiri.

Bersyukur manusia merupakan makhluk pelupa sehingga bisa melupakan kesalahannya dengan mudah. Jika tidak, bahkan ia tidak akan mampu mengangkat wajah dan tubuhnya untuk berjalan tegap di muka bumi lantaran menanggung malu yang maha dahsyat. Beruntung karena Tuhan Maha Pengasih, tidak membuka aib dan bobrok makhluk-Nya.

Jika Ia Maha Pengasih dan selalu memberi harapan pasti, mengapa manusia tidak berharap saja pada-Nya? Karena berharap pada sesama makhluk, rasa sakit akibat kecewa pasti muncul, banyak maupun sedikit..

Dear Allah, biarkanlah aku berharap hanya pada-Mu.. Biarkanlah semua harap selain pada-Mu musnah tertiup angin..

3 komentar:

  1. aamin...

    pfuuuuhhh... Rani bantu tiup ya Enny ^ ^

    BalasHapus
  2. Brrr.. rani niupnya kenceng, ya.. dingiiiiinn :p

    BalasHapus
  3. dingin yah, mari rani peluk biar hangat.. ^ ^

    BalasHapus