Pages

16 Juni 2009

di Farmasi ada Dian


Wew.. Gak salah judul, tu??
Terkadang saya memang cukup kesulitan untuk menentukan judul apa yang bagus (atau paling tidak sesuai) dalam sebuah tulisan. Ada penulis yang ngasi judul tulisan sebelum tulisannya selesai, ada pula yang baru memberi judul tulisan ketika tulisan tersebut sudah selesai dibuat. Judul di atas saya buat sebelum menuliskan postingan kali ini.
Kenapa saya memilih judul di atas? Karena banyak cerita tentang farmasi yang menarik untuk ditulis. Salah satu yang menarik adalah seseorang yang bernama Dian. Sesuai namanya yang berarti pelita atau cahaya (oleh-oleh dari meng-googling), dia ini punya semangat yang tak kunjung padam. Semoga sampai sekarang semangat berbuat baiknya tidak redup dan kehadirannya memang membawa cahaya kebaikan dan manfaat bagi orang di sekelilingnya.
***
Mengingat pertemuan pertama dengan dian, saya perlu mengambil kembali memori 6 tahun yang lalu. Saat ketika para mahasiswa baru sedang ber-euforia merayakan kelulusan spmb-nya. Para maba dengan senang dan tulus hati rela berpanas-panas di lapangan bundar (rotunda) untuk upacara 17 Agustus. Di lapangan berumput depan rektorat universitas kamilah saya bertemu Dian. Di lapangan luas tersebut, maba-maba dari seluruh fakultas berkumpul dan mengatur barisan. Beberapa maba berinisiatif mengatur dirinya sendiri supaya bisa baris tepat di bawah pohon, di barisan belakang agar silau dan panasnya matahari tidak begitu menyengat kulit. Di barisan inilah saya betemu dengan gadis berjilbab rapi yang bernama dian. Yang saya ingat, di awal pertemuan kami ia sempat melontarkan pertanyaan dengan wajah seriusnya (alis berkerut-kerut.. entahlah, mungkin kepanasan??)
"Rohis sekolahmu bagus gak?"
O o.. saya berhadapan sama akhwat tetua rohis di sekolahnya.
***
Proses pengenalan kampus kepada mahasiswa baru berlanjut. Berhubung saya dan Dian satu jurusan, dalam setiap prosesnya sengaja maupun tidak, kami selalu bertemu. Orientasi maba terkadang memakan sampai waktu sore. Maghrib bahkan. Pada suatu ketika, masih dalam suasana maba2an, orientasi fakultas baru selesai ketika sudah masuk waktu maghrib. Berhubung musholla fakultas kurang cukup besar menampung seluruh mahasiswanya dalam waktu bersamaan (ngantri panjang, baik wudhu maupun sholat) saya, dian dan 1 teman lagi: farid memutuskan untuk sholat di mesjid universitas. Mesjid Ukhuwah Islamiyah namanya. Mesjid universitas kami bisa ditempuh dengan berjalan kaki melewati jalan yang cukup remang, danau dan pepohonan besar.
Sampai di mesjid yang suasananya sangat teduh dan nyaman itu, kami menunaikan kewajiban sekaligus mengistirahatkan tubuh dan fikiran dengan sholat. Setelah menyelesaikan urusan di mesjid, kami berjalan pulang melewati rangkaian pohon di sekeliling kampus. Malam beranjak naik. Malam itu angin berhembus cukup kencang. Tidak banyak mobil maupun motor yang lalu lalang.
Gelap, sepi dan dingin. Sebagai anak baru, jelas saya belum terbiasa dengan kondisi kampus di malam hari. Sebelum resmi menjadi mahasiswa, saya pernah mendengar cerita-cerita penampakan makhluk gaib di sekitar kampus. Brr.. Sambil mengobrol dengan Dian dan Farid ke jalan pulang, saya yang cemas dan dipenuhi kekhawatiran berusaha untuk tampak sewajarnya.
Tiba-tiba.
"Waaaarrrggghhh...!!!"
Deg. Saya bergidik.
Suara apa itu??!!
Ada yang teriak sambil lari!!
Otomatis, saya yang sudah dag dig dug ketar-ketir, lari kencang tungang langgang.
"Aihihihihi!!!!"
Duh suara apaan lagi tuh..? Huhu...
Beberapa detik kemudian,
"Ahahaha..haha.."
Hi..hh.. Ada yang tertawa di saat-saat seperti ini. Masya Allah.. Puas sekali rupanya sang penertawa sementara orang yang ditertawakan masih mengatur detak jantung dan mengembalikan wajah piasnya. O, ternyata si akhwat tetua rohis itu usil sekali..-_-
***
Waktu terus berjalan. Tidak terasa sudah satu semester dilalui. Mengingat semester berikut akan butuh banyak waktu di kampus, baik keperluan belajar maupun aktivitas lain, saya memutuskan untuk ngekos.
***
Dian. Ini nama teman sekamar saya. Setelah ngubek-ngubek daerah terdekat kampus kami: daerah kukusan, akhirnya didapatlah tempat kos yang cocok. Hmm.. cocok(?)
Dian. Di kosan saya mulai beradaptasi dan mengenalnya lebih jauh. Teman sekamar saya ini unik. Kadang saya berasa jadi anaknya karena dia ini agak mengekang kebebasan seseorang. Entah itu harus mandi jam sekian, belajar, ini, itu, pfhhhh. Cerewet. Ibu saya tidak pernah cerewet seperti Dian. Hehe..
Dian juga berperan jadi fasilitator belajar kami. Master. Suhu. Atau apalah sebutannya karena ia senang melafalkan kembali apa yang sudah dibacanya. Biasanya sebelum ujian, teman2 farmasi suka ngungsi ke kosan kami dan belajar bersama. Dian dengan gaya bossy-nya (duduk di tempat tidur sementara teman-teman yang lain duduk di lantei) memberikan kuliah umum pada kami secara cuma-cuma. Tapi belajarnya lompat-lompatan. Dari tema ini, eh lompat ke tema lain. Namun kami tetap senang hati mendengarkan. Kami belajar hingga larut malam, bahkan sampai masuk ke alam tidur (beuh, mantap!). Pernah suatu malam, ketika Dian telah tertidur, saya beserta sohib farmasi lain (a.l farid, inggit, rina, yuni) sedang mendiskusikan sebuah contoh soal. Eh, tiba-tiba dalam tidurnya si Master Dian mengoceh dan menjawab soal tersebut. Masih dengan mata terpejam dan tampak pulas! Kami terkagum-kagum dengannya karena jawabannya tepat! Hahaha.. Setelah itu, dia membalikkan tubuhnya mencari posisi tidur yang lebih nyaman. Ck.. ck.. manusia yang unik.
***
Di tengah sikapnya yang tegar, pantang menyerah dan terkesan kuat, rupanya sang pelafal istilah-istilah rumit gaya mahasiswa ini menyimpan hati yang sangat sensitif. Saya hampir tidak pernah melihatnya menangis selama 4 tahun mengenalnya. Dia bukan tipe wanita cengeng. Namun saya terkejut ketika melihatnya menangis karena 'kata-kata yang dianggapnya seperti silet' dari seorang saudari. Tahun terakhir di program sarjana. Antara ingin ketawa dan turut bersimpati melihatnya menangis. Apa sebabnya ia menangis? Karena ia sedih karena kata-kata salah seorang saudari kami yang menganggapnya telah membuat kesal saya, menindas saya.. yah intinya membuat saya teraniaya. Hahahaha..... Ya Allah.. Dian.. dian..
***
Ya Rabb, biarkanlah ukhuwah ini terus berlanjut..
kekalkanlah ikatannya, tunjukilah jalan-jalannya
terangilah dengan cahya-Mu yang tiada pernah padam
Jangan kau biarkan virus-virus ukhuwah menggerogoti jalinan ini
Bimbinglah kami..
For my lovely sisters: SA Farmasi 03

5 komentar:

  1. Wah..enny..thanks for understanding me for many years. LOve u so much sob. Btw, sob tolong fotoku jangan dipajang-pajang ye, kelihatan gendut banget, padahal kan eke langsing.

    BalasHapus
  2. hah, dasar dikau..
    itukan foto keren dg background mentari pagi di ujung jaya.. yah kekurangannya sih ada di modelnya yg agak melenceng (melebar) hehe..

    BalasHapus
  3. Fotonya bagus ko...
    Aku juga termasuk orang2 yang suka mendengar petuah2 dari dian klo lagi belajar. Enak aja klo denger ilmu farmasi yang rumit keluar dari mulut dian. Farmasi yang rumit jadi terasa lucu dan menyenangkan. Apalagi Ibu Dian klo lagi transfer ilmu battery nya full, suaranya yang jernih, artikulasi yang jelas, dan diucapkan dengan mantab. Sampe kadang2 yang masih hipotesa Dian seakan menjadi fakta. hehehe....

    BalasHapus
  4. hipotesa a.k.a gossip ya ik?? hihihi..

    BalasHapus
  5. hahaha teteplucu walau dibaca berapa kali..sayang2x,, ama kalian berdua..

    BalasHapus